PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK

Published Juli 5, 2013 by noviaekasaputrii

MAKALAH
PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK

GANGGUAN-GANGGUAN MENTAL DAN TINGKAH LAKU “EMOSI DAN STRESS”

DISUSUN OLEH:

NOVIA EKA SAPUTRI
ACC 112 022

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
2013

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan rahmatnya lah saya dapat membuat Makalah “Perkembangan Peserta Didik” tepat pada waktunya.
Dalam makalah ini saya membahas tentang “Gangguan-gangguan mental dan tingkah laku”. Saya membuat makalah dengan judul tersebut lebih menjelaskan tentang stress dan emosi. Dimana stress dan emosi termasuk salah satu gangguan mental dan tingkah laku.
Makalah ini saya tulis guna memenuhi tugas mata kuliah Perkembangan Peserta Didik (PPD) pada tengah semester 2 tahun 2013 ini. Semoga dengan terselesaikannya makalah ini dapat menjadi manfaat bagi pembaca sekalian.
Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam penulisan makalah ini, khususnya kepada :
1. Tuhan Yang Maha Esa karena rahmatnya lah bisa menyelesaikan makalah ini.
2. Ibu Dra. Sri Wahyutami, M.Si serta segenap jajarannya yang telah memberikan kemudahan-kemudahan baik berupa moril maupun materiil selama mengikuti pendidikan di Program Studi Kimia FKIP Universitas Palangkaraya.
3. Ibu Sumarnie selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah “Perkembangan Peserta Didik” Program Studi Kimia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Palangkaraya.
4. Rekan-rekan kelas Kimia Reguler.
5. Secara khusus penulis mengucapkan terimakasih kepada keluarga tercinta yang telah memberi dorongan dan bantuan dalam penyelesaian makalah ini.
6. Semua pihak yang tidak mungkin Saya sebutkan satu persatu yang telah banyak membantu penulis dalam penyelesaian makalah ini.
Saya berharap makalah ini dapat menambah wawasan dan memberikan manfaat yang besar untuk semua. Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, maka kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan guna penyempurnaan makalah ini.
Atas kekurangannya kami ucapkan maaf dan terimakasih.
Palangkaraya, Mei 2013
Penulis

Novia Eka Saputri
(ACC 112 022)
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 1
DAFTAR ISI 2
BAB I : PENDAHULUAN 3
A. LATAR BELAKANG 3
B. RUMUSAN MASALAH 4
C. TUJUAN 4
D. HIPOTESIS 4
BAB II : PEMBAHASAN 5
A. GANGGUAN-GANGGUAN DAN TINGKAH LAKU 5
B. STRESS 6
C. EMOSI 11
D. CARA MENGATASI STRESS DAN EMOSI 15
BAB III : PENUTUP 19
A. KESIMPULAN 19
B. SARAN DAN KRITIK 19
DAFTAR PUSTAKA 20

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan anak adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari pematangan. Di sini menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan sistem yang berkembang sedemikian rupa per- kembangan emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya.
Seperti yang telah ditekankan berulang kali, sebagian besar dari anak remaja dapat mengatasi masalah yang terjadi pada diri mereka sendiri. Tetapi, ada juga anak remaja yang hanya sebagian yang bisa mengatasi masalah bahkan tidak bisa sama sekali untuk mengatasi masalah yang dihadapinya. Karena ada beberapa anak remaja yang bahkan tidak bisa untuk mengatasi masalah yang ada, itu bisa mengakibatkan gangguan pada si anak. Gangguan ini sering terjadi pada masa remaja secara tiba-tiba, dasar gangguan tersebut sudah ada sebelumnya, tapi sianak sudah berhasil untuk menutupinya. Kalau ada alasan misalnya penyakit rintangan atau kehilangan dari seseorang yang dicintai maka ada alasan itu hanya menyebabkan kehilangan kontrol, sehingga gangguan itu menjadi nyata. Kadang-kadang alasan itu tidak berguna tampak jelas sebagai suatu peristiwa, tetapi stress telah bertumpuk sehingga tidak terpikul lagi.
Sebagian remaja yang mengalami gangguan mental dan tingkah laku orangtuanya tidak mengetahuinya. Gangguan pada remaja tidak dapat dibuat secara teliti karena dinegara kita banyak keluarga yang tidak mau mencari bantuan pada dokter, maupun dari lain-lain sumber. Tetapi pengetahuan tentang berapa besanya jumlah gangguan jiwa tidak begitu berguna bagi para remaja dan orang tua mereka. Mengetahui bahwa menilai anak remaja tidak cukup menilai kepandainnya, rajin atau malas, baik atau nakal, tetapi sebaiknya mencari tanda-tanda, apakah mereka mempunyai gangguan atau tidak.
Pribadi yang normal itu pada umumnya memiliki mental yang sehat, sedangkan pribadi yang abnormal biasanya juga memiliki mental yang tidak sehat. Namun demikian, pada hakekatnya konsep mengenai normalitas dan abnormalitas itu sangat samar-samar batasnya. Sebab pola kebiasaan dan sikap hidup yang dirasakan normal oleh suatu kelompok tertentu, bisa dianggap abnormal oleh kelompok lainnya. Akan tetapi apabila satu tingkah laku itu begitu mencolok dan sangat berbeda dengan tingkah laku umum (biasa pada umumnya), maka kita akan menyebutnya sebagai abnormal (Kartini kartono, 2000 :6-7).
Dalam makalah ini lebih membahas kebagian stress dan emosi yang terjadi pada remaja. Dimana stress dan emosi adalah salah satu gangguan mental dan tingkah laku yang mereka alami.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja golongan gangguan-gangguan mental dan tingkah laku?
2. Apa pengertian stress?
3. Apa pengertian emosi?
4. Bagaimana cara mengatasi remaja yang mengalami gangguan mental dan tingkah laku seperti stress dan emosi?
C. Tujuan
1. Mengetahui golongan gangguan-gangguan mental dan tingkah laku
2. Mengetahui Defenisi Stress
3. Mengetahui Definisi Emosi
4. Mencari cara untuk mengatasi remaja yang mengalami gangguan mental dan tingkah laku seperti stress dan emosi
D. Hipotesis
Gangguan-gangguan mental dan tingkah laku ada beberapa hal yaitu, stress yang normal bersifat temporel, gangguan tingkah laku, gangguan mental, dan penyakit mental. Penyakit mental salah satunya adalah stress. Dimana stress sendiri bisa diakibatkan oleh faktor internal dan ekternal, untuk faktor internal seperti trauma, rasa cemas berlebihan, dan harapan yang tak tercapai. Sedangkan untuk faktor eksternal seperti tuntutan pekerjaan, ekonomi, dan hal lainnya. Stress termasuk salah satu bagian dalam emosi, apabila terlalu banyak emosi maka stress akan mucul.

BAB II
PEMABAHASAN

A. Gangguan-Gangguan Mental Dan Tingkah Laku
Gangguan-gangguan mental dan tingkah laku dalam dibagi menjadi beberapa golongan, yaitu :
1. Stress yang Normal Bersifat Temporerss
Stress akan menghilang pada saat masa remaja telah berlalu, sifat stress ini berbeda menurut sifat anak yang bersangkutan yang satu mungkin takut bahwa ia kurang maju disekolah, merasa sangat bodoh, dan menyalahkan orang tuanya yang mengharap terlalu banyak dari dia. Tetapi selama pikiran itu berlangsung ia masih dapat bergaul dengan cukup baik, pengalaman-pengalaman dapat membantu untuk mencapai kemajuan dalam perkembangannya.
Stress yang pada hakekatnya tidak buruk,sifatnya menjadi buruk kalau terjadi sesuatu yang sangat bearti bagi yang bersangkutan. Misalnya kematian seseorang yang disayangi. Kegagalan disekolah karena putus dengan pacar. Semua kejadian ini sangat bearti baginya karena efeknya dirasakan sebagai kehilangan pegangan untuk hidup selanjutnya. Tetapi dengan bantuan yang baik mereka dapat mengatasi masalah ini dan dapat mencapai kemajuan dalam perkembangannya.
2. Gangguan Tingkah Laku.
Gangguan semacam ini dapat berasal dari sifat anak sendiri yang pada dasarnya mempunyai kepribadian yang kurang normal, atau juga akibat pengaruh yang kurang baik dari teman-teman. Selain itu juga bisa dari orang tua, dikarenakan orang tua terlalu berharap kepada anaknya terlalu tinggi. Gangguan tingkah laku misalnya seperti ngebut-ngebutan dijalan.
3. Gangguan Mental dan Gangguan Neoritis
Anak remaja dengan gangguan semacam ini belum berhasil menemukan jalan yang baik untuk mengatasi masalah-masalah mereka dan pemecahan yang mereka pilih malah lebih banyak membawa kesukaran dalam bidang pelajaran dan pekerjaan dalam kehidupan pribadinya. Antara jenis-jenis neorose yang paling sering terdapat pada anak-anak remaja adalah kecemasan. Neurosis yang lebih sering terdapat adalah histeria. Dalam histeria ada dua tipe, yaitu tipe konversin dan tipe dissosiasi.

4. Penyakit Mental
Pada anak remaja, anak-anak dapat diserang untuk pertama kalinya oleh penyakit mental yang paling terkenal dan ditakuti, yaitu Schizophrenia. Tipe yang khas terdapat pada anak remaja adalah hebephrenia. Penderita-penderita ini sering tertawa sendiri dan berbicara sendiri, seolah-olah berbicara dengan orang lain, yang hanya terlihat oleh dia sendiri. Kelakuannya biasanya disebut “sinting”.
Berdasarkan penggolongan gangguan-gangguan mental dan tingkah laku, stress termasuk dalam gangguan tersebut dalam termasuk dalam aspek emosi. Dimana stress dan emosi akan dibahas lebih lanjut.
B. Stress
1. Pengertian Stress
Stress adalah suatu kondisi anda yang dinamis saat seorang individu dihadapkan pada peluang, tuntutan, atau sumber daya yang terkait dengan apa yang dihasratkan oleh individu itu dan yang hasilnya dipandang tidak pasti dan penting. Stress adalah beban rohani yang melebihi kemampuan maksimum rohani itu sendiri, sehingga perbuatan kurang terkontrol secara sehat. (ref:edy64).
Stress tidak selalu buruk, walaupun biasanya dibahas dalam konteks negatif, karena stres memiliki nilai positif ketika menjadi peluang saat menawarkan potensi hasil. Sebagai contoh, banyak profesional memandang tekanan berupa beban kerja yang berat dan tenggat waktu yang mepet sebagai tantangan positif yang menaikkan mutu pekerjaan mereka dan kepuasan yang mereka dapatkan dari pekerjaan mereka.
Stres bisa positif dan bisa negatif. Para peneliti berpendapat bahwa stress tantangan, atau stress yang menyertai tantangan di lingkungan kerja, beroperasi sangat berbeda dari stress hambatan, atau stress yang menghalangi dalam mencapai tujuan. Meskipun riset mengenai stres tantangan dan stres hambatan baru tahap permulaan, bukti awal menunjukan bahwa stres tantangan memiliki banyak implikasi yang lebih sedikit negatifnya dibanding stres hambatan.
Stress adalah bentuk ketegangan dari fisik, psikis, emosi maupun mental. Bentuk ketegangan ini mempengaruhi kinerja keseharian seseorang. Bahkan stress dapat membuat produktivitas menurun, rasa sakit dan gangguan-gangguan mental. Pada dasarnya, stress adalah sebuah bentuk ketegangan, baik fisik maupun mental. Sumber stress disebut dengan stressor dan ketegangan yang di akibatkan karena stress, disebut strain. Stress adalah bagian dari sumber emosi.
Menurut Robbins (2001) stress juga dapat diartikan sebagai suatu kondisi yang menekan keadaan psikis seseorang dalam mencapai suatu kesempatan dimana untuk mencapai kesempatan tersebut terdapat batasan atau penghalang. Dan apabila pengertian stress dikaitkan dengan penelitian ini maka stress itu sendiri adalah suatu kondisi yang mempengaruhi keadaan fisik atau psikis seseorang karena adanya tekanan dari dalam ataupun dari luar diri seseorang yang dapat mengganggu pelaksanaan kerja mereka.
Menurut Woolfolk dan Richardson (1979) menyatakan bahwa adanya system kognitif, apresiasi stress menyebabkan segala peristiwa yang terjadi disekitar kita akan dihayati sebagai suatu stress berdasarkan arti atau interprestasi yang kita berikan terhadap peristiwa tersebut, dan bukan karena peristiwa itu sendiri.Karenanya dikatakan bahwa stress adalah suatu persepsi dari ancaman atau dari suatu bayangan akan adanya ketidaksenangan yang menggerakkan, menyiagakan atau mambuat aktif organisme.
Sedangkan menurut Handoko (1997), stress adalah suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi, proses berpikir dan kondisi seseorang. Stress yang terlalu besar dapat mengancam kemampuan seseorang untuk menghadapi lingkungannya.
Sedangkan berdasarkan definisi kerja stress, stress dapat diartikan sebagai:
1. Suatu tanggapan adaptif, ditengahi oleh perbedaan individual dan atau proses psikologis, yaitu suatu konsekuensi dari setiap kegiatan (lingkungan), situasi atau kejadian eksternal yang membebani tuntunan psikologis atau fisik yang berlebihan terhadap seseorang.
2. Sebagai suatu tanggapan penyesuaian, dipengaruhi oleh perbedaan individu dan atau proses psikologis yang merupakan suatu konsekuensi dari setiap tindakan dari luar ( lingkungan ) situasi atau peristiwa yang menetapkan permintaan psikologis dan atau fisik berlebihan pada seseorang.
Menurut Mason (1971 ) membantah konsep yang mengatakan bahwa stress hanyalah merupakan badaniah saja. Ditunjukkkannya bahwa daya adaptasi seseoarang itu tergantung pada faktor-faktor kejiwaan atau psikologiknya yang menyertai stresor. Stres bukanlah konsep faal saja, lebih banyak dilihat sebagai konsep perilaku, setiap reaksi organisme terhadap stresor memungkinkan sekali terlebih dahulu dimulai oleh kelainan perilaku dan kemudian mungkin baru terjadi akibat faal, kemudian Mason (1976 ) menunjukkan bahwa terdapat pola hormonal yang berbeda terhadap stresor fisik yang berbeda.
Pada penelitain Wolf dan Goodel ( 1968 ) bahwa individu-individu yang mengalami kesukaran dengan suatu sistem organ, cenderung akan bereaksi etrhadap stresor dengan gejala dan keluhan dalam sistem organ yang sama. Kondisi sosial, perasaan dan kemampuan untuk menanggulangi masalah, ternyata mempengaruhi juga aspek yang berbeda-beda dari reaksi terhadap stres.
Menurut Selye (Bell, 1996) stress diawali dengan reaksi waspada (alarm reaction) terhadap adanya ancaman, yang ditandai oleh proses tubuh secara otomatis, seperti: meningkatnya denyut jantung, yang kemudian diikuti dengan reaksi penolakan terhadap stressor dan akan mencapai tahap kehabisan tenaga (exhaustion) jika individu merasa tidak mampu untuk terus bertahan.
Lazarus (1984) menjelaskan bahwa stress juga dapat diartikan sebagai:
1. Stimulus, yaitu stress merupakan kondisi atau kejadian tertentu yang menimbulkan stress atau disebut juga dengan stressor.
2. Respon, yaitu stress merupakan suatu respon atau reaksi individu yang muncul karena adanya situasi tertentu yang menimbulkan stress. Respon yang muncul dapat secara psikologis, seperti: takut, cemas, sulit berkonsentrasi dan mudah tersinggung.
3. Proses, yaitu stress digambarkan sebagai suatu proses dimana individu secara aktif dapat mempengaruhi dampak stress melalui strategi tingkah laku, kognisi maupun afeksi.
Jadi, stress dapat mempengaruhi fisik, psikis mental dan emosi. Tetapi, stress dapat mempunyai dua efek yang berbeda, bisa negatif ataupun positit, tergantung bagaimana kuatnya individu tersebut menghadapi stress atau bagaimana individu tersebut mempersepsikan stress yang sedang dihadapinya.
2. Sumber-sumber Potensi Stress
a. Faktor Lingkungan
Selain memengaruhi desain struktur sebuah organisasi, ketidakpastian lingkungan juga memengaruhi tingkat stres para karyawan dan organisasi. Perubahan dalam siklus bisnis menciptakan ketidakpastian ekonomi, misalnya, ketika kelangsungan pekerjaan terancam maka seseorang mulai khawatir ekonomi akan memburuk.
b. Faktor Organisasi
Banyak faktor di dalam organisasi yang dapat menyebabkan stres. Tekanan untuk menghindari kesalahaan atau menyelesaikan tugas dalam waktu yang mepet, beban kerja yang berlebihan, atasan yang selalu menuntut dan tidak peka, dan rekan kerja yang tidak menyenangkan adalah beberapa di antaranya. Hal ini dapat mengelompokkan faktor-faktor ini menjadi tuntutan tugas, peran, dan antarpribadi. Tuntutan tugas adalah faktor yang terkait dengan pekerjaan seseorang. Tuntutan tersebut meliputi desain pekerjaan individual, kondisi kerja, dan tata letak fisik pekerjaan. Sebagai contoh, bekerja di ruangan yang terlalu sesak atau di lokasi yang selalu terganggu oleh suara bising dapat meningkatkan kecemasan dan stres. Dengan semakin pentingnya layanan pelanggan, pekerjaan yang menuntut faktor emosional bisa menjadi sumber stres. Tuntutan peran berkaitan dengan tekanan yang diberikan kepada seseorang sebagai fungsi dari peran tertentu yang dimainkannya dalam organisasi. Konflik peran menciptakan ekspektasi yang mungkin sulit untuk diselesaikan atau dipenuhi. Tuntutan antarpribadi adalah tekanan yang diciptakan oleh karyawan. Tidak adanya dukungan dari kolega dan hubungan antarpribadi yang buruk dapat meyebabkan stres, terutama di antara para karyawan yang memiliki kebutuhan sosial yang tinggi.
c. Faktor Pribadi
Faktor-faktor pribadi terdiri dari masalah keluarga, masalah ekonomi pribadi, serta kepribadian dan karakter yang melekat dalam diri seseorang. Survei nasional secara konsisten menunjukkan bahwa orang sangat mementingkan hubungan keluarga dan pribadi. berbagai kesulitan dalam hidup perkawinan, retaknya hubungan, dan kesulitan masalah disiplin dengan anak-anak adalah beberapa contoh masalah hubungan yang menciptakan stres. Masalah ekonomi karena pola hidup yang lebih besar pasak daripada tiang adalah kendala pribadi lain yang menciptakan stres bagi karyawan dan mengganggu konsentrasi kerja karyawan. Studi terhadap tiga organisasi yang berbeda menunjukkan bahwa gejala-gejala stres yang dilaporkan sebelum memulai pekerjaan sebagian besar merupakan varians dari berbagai gejala stres yang dilaporkan sembilan bulan kemudian. Hal ini membawa para peneliti pada kesimpulan bahwa sebagian orang memiliki kecenderungan kecenderungan inheren untuk mengaksentuasi aspek-aspek negatif dunia secara umum. Jika kesimpulan ini benar, faktor individual yang secara signifikan memengaruhi stres adalah sifat dasar seseorang. Artinya, gejala stres yang diekspresikan pada pekerjaan bisa jadi sebenarnya berasal dari kepribadian orang itu.
3. Akibat Dari Stress
Stress menampakkan diri dengan berbagai cara sebagai contoh, seorang individu yang sedang stres berat mungkin mengalami tekanan darah tinggi, seriawan, jadi mudah jengkel, sulit membuat keputusan yang bersifat rutin, kehilangan selera makan, rentan terhadap kecelakaan, dan sebagainya. Akibat stres dapat dikelompokkan dalam tiga kategori umum: gejala fisiologis, gejala psikologis, dan gejala perilaku.
Pengaruh gejala stres biasanya berupa gejala fisiologis. Terdapat riset yang menyimpulkan bahwa stress dapat menciptakan perubahan dalam metabolisme, meningkatkan detak jantung dan tarikan napas, menaikkan tekanan darah, menimbulkan sakit kepala, dan memicu serangan jantung.
Stres yang berkaitan dengan pekerjaan dpat menyebabkan ketidakpuasan terkait dengan pekerjaan. Ketidakpuasan adalah efek psikologis sederhana tetapi paling nyata dari stres. Namun stres juga muncul dalam beberapa kondisi psikologis lain, misalnya, ketegangan, kecemasan, kejengkelan, kejenuhan, dan sikap yang suka menunda-nunda pekerjaan. Gejala stres yang berkaitan dengan perilaku meliputi perubahan dalam tingkat produktivitas, kemangkiran, dan perputaran karyawan, selain juga perubahan dalam kebiasaan makan, pola merokok, konsumsi alkohol, bicara yang gagap, serta kegelisahan dan ketidakteraturan waktu tidur. Ada banyak riset yang menyelidiki hubungan stres-kinerja. Pola yang paling banyak dipelajari dalam literatur stres-kinerja adalah hubungan U-terbalik. Logika yang mendasarinya adalah bahwa tingkat stres rendah sampai menengah merangsang tubuh dan meningkatkan kemampuannya untuk bereaksi. Pola U-terbalik ini menggambarkan reaksi terhadap stres dari waktu ke waktu dan terhadap perubahan dalam intensitas stress.
4. Gejala-gejala Stress
Ada beberapa hal yang mengakibatkan seseorang mengalami stress, yaitu:
1. Menjadi mudah tersinggung dan marah terhadap teman, keluarga dan kolega.
2. Bertindak secara agresif dan defensif
3. Merasa selalu lelah.
4. Sukar konsentrasi atau menjadi pelupa.
5. Palpitasi atau jantung berdebar-debar.
6. Otot-otot tegang.
7. Sakit kepala, perut dan diare.
C. Emosi
1. Definisi Emosi
Emosi adalah perasaan intens yang ditujukan kepada seseorang atau sesuatu. Emosi adalah reaksi terhadap seseorang atau kejadian. Emosi dapat ditunjukkan ketika merasa senang mengenai sesuatu, marah kepada seseorang, ataupun takut terhadap sesuatu.
Kata “emosi” diturunkan dari kata bahasa Perancis, émotion, dari émouvoir, ‘kegembiraan’ dari bahasa Latin emovere, dari e- (varian eks-) ‘luar’ dan movere ‘bergerak’. Kebanyakan ahli yakin bahwa emosi lebih cepat berlalu daripada suasana hati. Sebagai contoh, bila seseorang bersikap kasar, manusia akan merasa marah. Perasaan intens kemarahan tersebut mungkin datang dan pergi dengan cukup cepat tetapi ketika sedang dalam suasana hati yang buruk, seseorang dapat merasa tidak enak untuk beberapa jam.
Pada umumnya perbuatan kita sehari-hari disertai oleh perasaan-perasaan tertentu, yaitu perasaan senang atau perasaan tidak senang. Perasaan senang atau tidak senang yang selalu menyertai perbuatan-perbuatan kita sehari-hari itu disebut warna efektif. Warna efektif ini kadang-kadang kuat, kadang-kadang lemah atau samar-samar saja. Emosi adalah sebagai sesuatu suasana yang kompleks (a complex feelingstate) dan getaran jiwa (a strid up state) yang menyertai atau munculnya sebelum dan sesudah terjadinya perilaku. (Syamsudin, 2005:114). Sedangkan menurut Crow & crow (1958) (dalam Sunarto, 2002:149) emosi adalah “An emotion, is an affective experience that accompanies generalized inner adjustment and mental physiological stirred up states in the individual, and that shows it self in his overt behavior.”
Perbedaan antara perasaan dan emosi tidak dapat dinyatakan dengan tegas, karena keduanya merupakan suatu kelangsungan kualitatif yang tidak jelas batasnya. Pada suatu saat tertentu, suatu warna efektif dapat dikatakan sebagai perasaan, tetapi juga dapat dikatakan sebagaiemosi. Jadi, sukar sekali kita mendefinisikan emosi. Oleh karena itu, yang dimaksudkan dengan emosi di sini bukan terbatas pada emosi atau perasaan saja, tetapi meliputi setiap keadaan pada diri seseorang yang disertai dengan warna efektif, baik pada tingkat yang lemah (dangkal) maupun pada tingkat yang (mendalam). Jadi emosi adalah pengalaman afektif yang disertai penyesuaian dari dalam diri individu tentang keadaan mental dan fisik dan berwujud suatu tingkah laku yang tampak.
Peningkatan emosional yang terjadi secara cepat pada masa remaja awal yang dikenal dengan sebagai masa storm & stress. Peningkatan emosional ini merupakan hasil dari perubahan fisik terutama hormon yang terjadi pada masa remaja. Dari segi kondisi sosial, peningkatan emosi ini merupakan tanda bahwa remaja berada dalam kondisi baru yang berbeda dari masa sebelumnya. Pada masa ini banyak tuntutan dan tekanan yang ditujukan pada remaja, misalnya mereka diharapkan untuk tidak lagi bertingkah seperti anak-anak, mereka harus lebih mandiri dan bertanggung jawab. Kemandirian dan tanggung jawab ini akan terbentuk seiring berjalannya waktu, dan akan nampak jelas pada remaja akhir yang duduk di awal-awal masa kuliah.
Perkembangan aspek emosi berjalan konstan, kecuali pada masa remaja awal (13-14 tahun) dan remaja tengah (15-16 tahun) pada masa remaja awal ditandai oleh rasa optimisme dan keceriaan dalam hidupnya, diselingi rasa bingung menghadapi perubahan-perubahan yang terjadi dalam dirinya. Pada masa remaja tengah rasa senang datang silih berganti dengan rasa duka, kegembiraan berganti dengan kesedihan, rasa akrab bertukar dengan kerenggangan dan permusuhan. Gejolak ini berakhir pada masa remaja akhir (18– 21 tahun).
Pada masa remaja tengah anak terombang-ambing dalam sikap mendua (ambivalensi) maka pada masa remaja akhir anak telah memiliki pendirian, sikap yang relatif mapan. Mencapai kematangan emosial merupakan tugas yang sulit bagi remaja. Proses pencapaiannya sangat dipengaruhi oleh kondisi sosio-emosional lingkungannya, terutama lingkungan-lingkungan keluarga dan teman sebaya. Apabila lingkungan tersebut kondusif maka akan cenderung dapat mencapai kematangan emosional yang baik, seperti adolesensi emosi (cinta, kasih, simpati, senang menolong orang lain, hormat dan menghargai orang lain, ramah) mengendalikan emosi (tidak mudah tersinggung, tidak agresif, optimis dan dapat menghadapi situasi frustasi secara wajar). Tapi sebaliknya, jika seorang remaja kurang perhatian dan kasih sayang dari orang tua atau pengakuan dari teman sebaya, maka cenderung mengalami perasaan tertekan atau ketidaknyamanan emosional, sehingga remaja bisa berealisi agresif (melawan, keras kepala, bertengkar, berkelahi, senang mengganggu) dan melarikan diri dari kenyataan (melamun, pendiam, senang menyendiri, meminum miras dan narkoba).

2. Aspek Emosi
Terdapat aspek emosi yang fundamental yang harus dipertimbangkan, diantaranya:
1. Biologi emosi
Semua emosi berasal dari sistem limbik otak yang kira-kira berukuran sebesar sebuah kacang walnut dan terletak di batang otak orang-orang cenderung merasa bahagia ketika sistem limbik mereka secara relatif tidak aktif. Sistem limbik orang tidaklah sama. Sistem limbik yang lebih aktif terdapat pada orang-orang yang depresi, khususnya ketika mereka memperoleh informasi negatif.
2. Intensitas
Setiap orang memberikan respon yang berbeda-beda terhadap rangsangan pemicu emosi yang sama. Dalam sejumlah kasus, kepribadian menjadi penyebab perbedaan tersebut. Pada saat lain, memiliki perbedaan tersebut timbul sebagai hasil dari persyaratan-persyaratan pekerjaan.
3. Frekuesi dan durasi
Suksesnya pemenuhan tuntutan emosional seorang karyawan dari suatu pekerjaan tidak hanya bergantung pada emosi-emosi yang harus ditampilkan dan intensitasnya tetapi juga pada seberapa sering dan lamanya mereka berusaha menampilkannya.
4. Rasionalitas dan emosi
Emosi adalah penting terhadap pemikiran rasional karena emosi memberikan informasi penting mengenai pemahaman terhadap dunia sekitar. Dalam suatu organisasi, kunci pengambilan keputusan yang baik adalah menerapkan pemikiran dan perasaan dalam suatu keputusan.
5. Fungsi emosi
Dalam ”The Expression of the Emotions in Man and Animals”, Charles Darwin menyatakan bahwa emosi berkembang seiring waktu untuk membantu manusia memecahkan masalah. Emosi sangat berguna karena ‘memotivasi’ orang untuk terlibat dalam tindakan penting agar data bertahan hidup, tindakan-tindakan seperti mengumpulkan makanan, mencari tempat berlindung, memilih pasangan, menjaga diri terhadap pemangsa, dan memprediksi perilaku. Emosi sangat berpengaruh terhadap tingkah laku manusia. manusia lain.
3. Klasifikasi Emosi
Salah satu cara mengklasifikasikan emosi adalah berdasarkan apakah emosi tersebut positif atau negatif. Emosi-emosi positif -seperti rasa gembira dan rasa syukur- mengekspresikan sebuah evaluasi atau perasaan menguntungkan, sedangkan emosi-emosi negatif seperti rasa marah atau rasa bersalah mengekspresikan sebaliknya. Emosi tidak dapat netral, karena menjadi netral berarti menjadi nonemosional.
4. Sumber-sumber Emosi
1. Kepribadian
Kepribadian memberi kecenderungan kepada orang untuk mengalami suasana hati dan emosi tertentu, contohnya beberapa orang merasa bersalah dan merasakan kemarahan dengan lebih mudah dbandingkan orang lain, sedangkan orang lain mungkin merasa tenang dan rileks dalam situasi apa pun. Intinya, beberapa orang memiliki kecenderungan untuk memiliki emosi apa pun secara lebih intens atau memiliki intensitas afek (perbedaan individual dalam kekuatan di mana individu-individu mengalami emosi mereka) tinggi
2. Hari dalam seminggu dan waktu dalam sehari
Orang-orang cenderung berada dalam suasanan hati terburuk di awal minggu dan berada daam suasana hati terbaik di akhir minggu.
3. Cuaca
Cuaca menjadi sebuah peristiwa yang luar biasa sedikit pengaruh terhadap suasana hati. Seorang ahli menyimpulkan, “Berlawanan dengan pandangan kultur yang ada, data ini menunjukkan bahwa orang-orang tidak melaporkan suasana hati yang lebih baik pada hari yang cerah atau sebaliknya”.
4. Stres
Sebuah penelitian menghasilkan pernyataan, “Adanya peristiwa yang terus-menerus terjadi yang menimbulkan stres tingkat rendah menyebabkan para pekerja mengalami tingkat ketegangan yang semakin lama seiring berjalannya waktu semakin meningkat.
5. Aktivitas sosial
Orang-orang dengan suasana hati positif biasanya mencari interaksi sosial dan sebaliknya, interaksi sosial menyebabkan orang-orang mempunyai suasana hati yang baik. Jenis aktivitas sosial juga berpengaruh. Penelitian mengungkap bahwa aktivitas sosial yang bersifat fisik, informal, atau Epicurean lebih diasosiasikan secara kuat dengan peningkatan suasana hati yang positif dibandingkan dengan kejadian-kejadian formal atau yang bersifat duduk terus-menerus.
6. Tidur
Kualitas tidur memengaruhi suasana hati. Para sarjana dan pekerja dewasa yang tidak memperoleh tidur yang cukup melaporkan adanya perasaan kelelahan yang lebih besar, kemarahan, dan ketidakramahan. Satu dari alasan mengapa tidur yang lebih sedikit, atau kualitas tidur yang buruk, menempatkan orang dalam suasana hati yang buruk karena hal tersebut memperburuk pengamnbilan keputusan dan membuatnya sulit untuk mengontrol emosi.
7. Olahraga
Penelitian secara konsisten menunjukkan bahwa olahraga meningkatkan suasana hati positif.
8. Usia
Suatu penelitian atas orang-orang yang berusia 18 hingga 94 tahun mengungkapkan bahwa emosi negatif tampaknya semakin jarang terjadi seiring bertambahnya usia seseorang.
9. Gender
Dalam perbandingan antargender, wanita menunjukkan ekspresi emosional yang lebih besar dibandingkan pria.[13] Mereka megalami emosi secara lebih intens dan mereka menunjukkan ekspresi emosi positif maupun negatif yang lebih sering, kecuali kemarahan. Tidak seperti pria, wanita juga menyatakan lebih nyaman dalam mengekpresikan emosi dan mampu membaca petunjuk nonverbal dan paralinguistik secara lebih baik.
D. Mengatasi Emosi dan Stress
Mengatasi stres ternyata tak mudah, banyak orang yang membutuhkan bantuan orang lain (baca: para ahli). Namun, ada beberapa cara ampuh untuk mengurangi dan mengatasi stress yang bisa dilakukan di keseharian kita tanpa merasa terbeban.
a. Meditasi
Banyak studi mengatakan bahwa meditasi adalah cara yang sangat efektif untuk meredakan dan mengurangi stress. Pengaturan pernafasan mempengaruhi pernafasan dan peredaran darah secara langsung, sehingga secara otomatis tubuh akan lebih rileks dan pikiran akan jauh lebih tenang. Bahkan, dalam beberapa kasus, meditasi dapat membantu seseorang untuk mengendalikan nafsu makan, berhenti merokok, dan mengendalikan ketergantungan terhadap hal-hal yang merugikan (minuman keras, rokok, obat-obatan terlarang, dll).
b. Berolahraga teratur
Mereka yang melakukan olahraga setidaknya 30 – 45 menit setiap hari jauh lebih rileks dan tidak mudah stress ketimbang mereka yang enggan berolahraga. Olahraga teratur, semisal jogging, membantu memelihara kesehatan jantung, melancarkan peredaran darah serta membantu mengontrol lemak (membakar lemak yang tidak dibutuhkan tubuh). Selain lebih rileks dan stress dapat dikontrol, olahraga juga sangat memberikan manfaat bagi kesehatan tubuh.
c. Hang Out dengan teman
Sekalipun mungkin saat merasa sedang stress, ingin sendiri tepis hal tersebut dan berkumpullah dengan sahabat-sahabat yang selalu memberikan dukungan. Membagikan beban pikiran dengan orang terdekat akan membuat bebannya lebih ringan. Selain itu, masukan-masukan dari mereka bisa jadi cukup membantu masalah.
d. Berpikir Positif
Mulailah dari merubah pola pikir, ini dapat berguna untuk membuat suggesti bagi tubuh dan jiwa anda tetap nyaman meskipun dalam keadaan tertekan. Misalkan tuntutan pekerjan, berpikirlah bahwa dengan apa yang anda kerjakan sekarang akan mendapatkan hasilnya suatu hari.
e. Tidur Yang Cukup
Memang terdengar simpel, tapi ini sangat berguna untuk menyegarkan pikiran dan tubuh setelah seharian lelah. Sebaiknya tidurlah 8 jam sehari.
f. Dekatkan diri dengan Tuhan
Ini merupakan salah satu cara yang paling ampuh, selain dapat meringankan beban pikiran , ini juga dapat menambah keimanan.
Para peneliti juga menemukan, bahwa mereka yang tidak mudah stress adalah mereka yang punya banyak teman dan dapat selalu berbagi cerita dengan sahabat-sahabatnya.
Untuk mengendalikan emosi anda yang pertama kali harus anda lakukan adalah mengatasi masalah anda. Karena kebanyakan orang yang mudah emosi memiliki masalah yang cukup pelik atau serius sehingga membauat moodnya mudah berubah.
1. Curhat
Manusia memang diciptakan sebagai makhluk sosial dan tak mungkin dapat hidup sendiri. Oleh karena itu anda harus menceritakan masalah yang anda hadapi kepada orang yang menurut anda dapat memberikan solusi atau bahkan dapat membantu.
2. Ubah Posisi Tubuh Anda
Jika anda sedang marah dalam keadaan berdiri, maka anda harus duduk. Jika anda sedang duduk, maka berbaringlah. Ketika anda merubah posisi tubuh, kemudian otak akan meresponnya dan pikiran anda akan jernih kembali.
3. Coba Berpikir Tenang
Cobalah untuk diam sejenak dan bepikirlah mengapa dan kenapa anda harus marah? Dan berpikirlah untuk memperbaiki keadaan yang sudah memburuk tersebut.
4. Cari Tempat Tenang
Sesudah anda memikirkannya, sekarang cobalah ketempat yang menurut anda paling tenang dan nyaman seperti sawah, pantai ataupun kebun. Ini dapat membantu pikiran anda kembali jernih. Jika perlu, bermalamlah beberapa hari agar anda dapat melupakan masalah ataupun mencari solusi masalah anda.
5. Cari Kesibukan Lain
Untuk melupakan emosi anda, anda harus menyalurkannya ke tempat lain dan pastinya harus hal yang positif.
6. Olahraga
Olahraga memang terbukuti dapat mengurangi rasa emosi anda dan ini sudah dilakukan penelitiannya. Cobalah ke tempat fitnes sesekali, jikapun tidak anda juga dapat melakukannya dirumah.
7. Mendengarkan Musik
Musik sangat ampuh dalam merubah emosi seseorang, cobalah untuk mendengar jenis musik paling nyaman menurut anda ataupun dengarkanlah musik yang berjenis klasik ataupun jazz.
8. Hindari Stres
Karena kabanyakan orang mengalami emosi akibat dari masalah, masalah tersebut akan menumpuk dan menjadikan anda stres dan akan membuat mood anda tak stabil.
Cara mengatasi stress dan emosi diatas adalah salah satu hal yang bisa dilakukan jika seorang remaja mengalaminya. Kita sebaiknya mengetahui apakah orang itu mengalami gangguan atau tidak. Jika mengalami, maka kita bisa memberikan solusinya.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Golongan gangguan-gangguan mental dan tingkah laku antara lain stress yang normal dan bersifat kontemporer, gangguan tingkah laku, dan gangguan mental, dan penyakit mental.
2. Stress adalah suatu kondisi anda yang dinamis saat seorang individu dihadapkan pada peluang, tuntutan, atau sumber daya yang terkait dengan apa yang dihasratkan oleh individu itu dan yang hasilnya dipandang tidak pasti dan penting. Stress adalah beban rohani yang melebihi kemampuan maksimum rohani itu sendiri, sehingga perbuatan kurang terkontrol secara sehat.
3. Emosi adalah perasaan intens yang ditujukan kepada seseorang atau sesuatu. Emosi adalah reaksi terhadap seseorang atau kejadian. Emosi dapat ditunjukkan ketika merasa senang mengenai sesuatu, marah kepada seseorang, ataupun takut terhadap sesuatu.
4. Cara mengatasi remaja yang mengalami gangguan mental dan tingkah laku seperti stress dan emosi antara lain, meditasi, berolahraga teratur, hang out dengan teman, berpikir positif, tidur yang cukup, dekatkan diri dengan tuhan, curhat, ubah posisi tubuh anda, coba berpikir tenang, cari tempat tenang, cari kesibukan lain, olahraga, mendengarkan musik, hindari stress.
B. Saran dan Kritik
Dalam mengatasi gangguan-gangguan mental dan tingkah laku pada anak remaja, kita seharusnya mengerti akan sikap dan tingkah lakunya. Harus sabar memberi tahu kepada sianak dengan perlahan-lahan. Memberi masukan kepada mereka, mengajak mereka refreshing agar pikiran mereka sedikit tenang.

DAFTAR PUSTAKA

Amti, Erman & Marjohan. 1992. Bimbingan dan Konseling. Jakarta : Departemen Pendidikan dan KebudayaanTim Dosen MK
Bidang Kependidikan. 2006. Bimbingan di Sekolah Dasar. Bandung : Tim Dosen Bimbingan Konseling UPI
Ekman, P. (Inggris)“The Nature of Emotion”, Oxford, UK: Oxford University Press, 1994.
http://id.wikipedia.org/wiki/Emosi
file:///D:/Tugas-tugas%20semester%202/PPD/Makalah%20Perkembangan%20Peserta%20Didik%20_%20Aneka%20Ragam%20Makalah.htm.
file:///D:/Tugas-tugas%20semester%202/PPD/MAKALAH%20Perkembangan%20Peserta%20Didik%20%28PPD%29%20%20Pentingnya%20Kreativitas%20bagi%20Peserta%20Didik%20_%20Riki%20Putra.htm diakses pada 9th May 2012 by Riki Putra.
Frieda, N.H. (Inggris)“Moods, Emotion Episodes and Emotions”, New York: Guilford Press, 1993, hal. 381-403.
Frijda, (Inggris)Moods, Emotion Episodes and Emotions,” hal. 381.
Hamalik, Oemar, 2007. Dasar–dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung:Remaja Rosda Karya.
Mudjiran; Prayitno, Elida; Hasan, Marwisni; Ilyas Asmidir. 1999. Perkembangan Peserta Didik. Padang: UNP
Robbins, Stephen P.; Judge, Timothy A. (2008). Perilaku Organisasi, Jakarta: Salemba Empat. Hal.311-315

Tinggalkan komentar