Uncategorized

All posts in the Uncategorized category

PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT

Published Juli 5, 2013 by noviaekasaputrii

KELOMPOK 5 KIMIA LINGKUNGAN
NAMA ANGGOTA :
DITHA SARI PRAMESTI ACC 112 049
HERLIE ACC 112 005
NINA SELVIA ACC 112 028
NOVIA EKA SAPUTRI ACC 112 022
NOVY INDRIYANI ACC 112 031
RAHMADAN NOR ACC 112 012
TANIA WULAN DARIE ACC 112 024

PROGRAM STUDI KIMIA
JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
UNIVERSITAS PALANGKA RAYA

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan rahmatnya lah kami dapat membuat Makalah “Kimia Lingkungan” tepat pada waktunya.
Dalam makalah ini saya membahas tentang “Pabrik Pengolahan Minyak Kelapa Sawit”. Kami membuat makalah dengan judul tersebut lebih menjelaskan tentang proses yang terkait dengan kimia, dampak kimia pada setiap proses terhadap lingkungan, dan cara penanganan setiap dampak.
Makalah ini kami tulis guna memenuhi tugas mata kuliah Kimia Lingkungan pada tengah semester 2 tahun 2013 ini. Semoga dengan terselesaikannya makalah ini dapat menjadi manfaat bagi pembaca sekalian.
Kami berharap makalah ini dapat menambah wawasan dan memberikan manfaat yang besar untuk semua. Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, maka kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan guna penyempurnaan makalah ini.
Atas kekurangannya kami ucapkan maaf dan terimakasih.

Palangkaraya, 21 Mei 2013

Penyusun

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam pabrik pengolahan minyak kelapa sawit adanya perkembangan bisnis dan investasi kelapa sawit dalam beberapa tahun terakhir mengalami pertumbuhan yang sangat pesat. Permintaan atas minyak nabati dan penyediaan biofuel telah mendorong peningkatan permintaan minyak nabati yang bersumber dari crude palm oil (CPO) yang berasal dari kelapa sawit. Hal ini disebabkan tanaman kelapa sawit memiliki potensi menghasilkan minyak sekitar 7 ton/hektar lebih tinggi dibandingkan dengan kedelai yang hanya 3 ton/hektar. Indonesia memiliki potensi yang sangat besar dalam pengembangan perkebunan dan industri kelapa sawit karena memiliki potensi cadangan lahan yang cukup luas, ketersediaan tenaga kerja, dan kesesuaian agroklimat.
Limbah adalah kotoran atau buangan yang merupakan komponen pencemaran yang terdiri dari zat atau bahan yang tidak mempunyai kegunaan lagi bagi masyarakat. Limbah industri dapat digolongkan kedalam tiga golongan yaitu limbah cair, limbah padat, dan limbah gas yang dapat mencemari lingkungan. Jumlah limbah cair yang dihasilkan oleh PMKS berkisar antara 600-700 liter/ton tandan buah segar (TBS). Limbah ini merupakan sumber pencemaran yang potensial bagi manusia dan lingkungan, sehingga pabrik dituntut untuk mengolah limbah melalui pendekatan teknologi pengolahan limbah (end of the pipe). Diantara upaya tersebut adalah pemanfaatan limbah cair PMKS dengan proses digester anaerob untuk memproduksi biogas.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana proses pabrik pengolahan minyak kelapa sawit yang terkait dengan kimia?
2. Bagaimana dampak pabrik pengolahan minyak kelapa sawit terhadap lingkungan?
3. Bagaimana cara penanganan setiap dampak dari pabrik pengolahan minyak kelapa sawit?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui proses pabrik pengolahan minyak kelapa sawit yang terkait dengan kimia.
2. Untuk mengetahui dampak pabrik pengolahan minyak kelapa sawit terhadap lingkungan.
3. Untuk mengetahui cara penanganan setiap dampak dari pabrik pengolahan minyak kelapa sawit.
D. Manfaat
1. Dapat mendeskripsikan proses pabrik pengolahan minyak kelapa sawit yang terkait dengan kimia.
2. Dapat mengidentifikasi dampak pabrik pengolahan minyak kelapa sawit terhadap lingkungan.
3. Dapat mengidentifikasi cara penanganan setiap dampak dari pabrik pengolahan minyak kelapa sawit.

BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Kelapa Sawit
Kelapa sawit adalah salah satu komoditi andalan Indonesia yang perkembangannya demikian pesat. Selain produksi minyak kelapa sawit yang tinggi, produk samping atau limbah pabrik kelapa sawit juga tinggi. Kelapa sawit (Elaeis) adalah tumbuhan industri penting penghasil minyak masak, minyak industri, maupun bahan bakar (biodiesel). Indonesia merupakan negara penghasil minyak kelapa sawit kedua dunia setelah Malaysia. Di Indonesia penyebarannya di daerah Aceh, Pantai Timur, Sumatera, Jawa, Kalimantan dan Sulawesi.

Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas andalan Indonesia dimana saat ini Indonesia menjadi negara penghasil kelapa sawit terbesar kedua setelah Malaysia. Dengan melihat usaha-usaha yang dilakukan baik pemerintah maupun perusahaan swasta yang melakukan ekstensifikasi pertanian. Indonesia diprediksi menjadi negara penghasil CPO utama dunia tahun 2010.
Habitat aslinya adalah daerah semak belukar. Sawit dapat tumbuh dengan baik di daerah tropis. Tanaman ini tumbuh sempurna di ketinggian 0 – 500 m dari permukaan laut dengan kelembaban 80% – 90%. Tingginya dapat mencapai 24 meter. Sawit membutuhkan iklim dengan curah hujan stabil. 2000 – 2500 mm setahun, yaitu daerah yang tidak tergenang air saat hujan dan tidak kekeringan saat kemarau. Pola curah hujan tahunan mempengaruhi perilaku pembungaan dan produksi buah sawit.
Minyak kelapa sawit dapat diolah menjadi berbagai macam produk turunannya yang memiliki nilai tambah yang jauh lebih tinggi. Guna mendukung pengembangan industri kelapa sawit dan produk-produk turunannya, diperlukan integritas yang tinggi terutama antara daerah penghasil bahan baku, industri pengolah dan daerah pemasaran.
Industri minyak kelapa sawil merupakan industri yang terpadu, dimana beberapa pemegang kepentingan saling berkait. Keterkaitan dibagi dalam dua kelompok yaitu kelompok daerah penghasil bahan baku TBS dan daerah produsen atau pemasar produk turunan minyak kelapa sawit.
2. Proses Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit yang Terkait dengan Kimia
Tandan buah Segar (TBS) yang telah dipanen di kebun diangkut ke lokasi Pabrik Minyak Sawit dengan menggunakan truk. Sebelum dimasukan ke dalam Loading Ramp, Tandan Buah Segar tersebut harus ditimbang terlebih dahulu pada jembatan penimbangan (Weighing Brigae) . Perlu diketahui bahwa kualitas hasil minyak CPO yang diperoleh sangat dipengaruhi oleh kondisis buah (TBS) yang diolah dalam pabrik. Sedangkan proses pengolahan dalam pabrik hanya berfungsi menekan kehilangan didalam pengolahannya, sehingga kualitas hasil tidak semata-mata tergantung dari TBS yang masuk ke dalam Pabrik.
1. Perebusan
Tandan buah segar setelah ditimbang kemudian dimasukkan ke dalam lori rebusan yang terbuat dari plat baja berlubang-lubang (cage) dan langsung dimasukkan ke dalam sterilizer yaitu bejana perebusan yang menggunakan uap air yang bertekanan antara 2.2 sampai 3.0 Kg/cm2. Proses perebusan ini dimaksudkan untuk mematikan enzim-enzim yang dapat menurunkan kuaiitas minyak. Disamping itu, juga dimaksudkan agar buah mudah lepas dari tandannya dan memudahkan pemisahan cangkang dan inti dengan keluarnya air dari biji. Proses ini biasanya berlangsung selama 90 menit dengan menggunakan uap air yang berkekuatan antara 280 sampai 290 Kg/ton TBS. Dengan proses ini dapat dihasilkan kondensat yang mengandung 0.5% minyak ikutan pada temperatur tinggi. Kondensat ini kemudian dimasukkan ke dalam Fat Pit. Tandan buah yang sudah direbus dimasukan ke dalam Threser dengan menggunakan Hoisting Crane.
2. Perontokan Buah dari Tandan
Pada tahapan ini, buah yang masih melekat pada tandannya akan dipisahkan dengan menggunakan prinsip bantingan sehingga buah tersebut terlepas kemudian ditampung dan dibawa oleh Fit Conveyor ke Digester. Tujuannya untuk memisahkan brondolan (fruilet) dari tangkai tandan. Alat yang digunakan disebut thresher dengan drum berputar (rotari drum thresher). Hasil stripping tidak selalu 100%, artinya masih ada brondolan yang melekat pada tangkai tandan, hal ini yang disebut dengan USB (Unstripped Bunch). Untuk
mengatasi hal ini, maka dipakai sistem “Double Threshing”. Sisitem ini bekerja dengan cara janjang kosong/EFB (Empty Fruit Bunch) dan USB yang keluar dari thresher pertama, tidak langsung dibuang, tetapi masuk ke threser kedua yang selanjutnya EFB dibawa ketempat pembakaran (incinerator) dan dimanfaatkan sebagai produk samping.
3. Pengolahan Minyak dari Daging Buah
Brondolan buah (buah lepas) yang dibawa oleh Fruit Conveyor dimasukkan ke dalam Digester atau peralatan pengaduk. Di dalam alat ini dimaksudkan supaya buah terlepas dari biji. Dalam proses pengadukan (Digester) ini digunakan uap air yang temperaturnya selalu dijaga agar stabil antara 80° – 90°C. Setelah massa buah dari proses pengadukan selesai kemudian dimasukkan ke dalam alat pengepresan (Scew Press) agar minyak keluar dari biji dan fibre.Untuk proses pengepresan ini perlu tambahan panas sekitar 10% s/d 15% terhadap kapasitas pengepresan. Dari pengepresan tersebut akan diperoleh minyak kasar dan ampas serta biji.Sebelum minyak kasar tersebut ditampung pada Crude Oil Tank, harus dilakukan pemisahan kandungan pasirnya pada Sand Trap yang kemudian dilakukan penyaringan (Vibrating Screen). Sedangkan ampas dan biji yang masih mengandung minyak (oil sludge) dikirim ke pemisahan ampas dan biji (Depericarper). Dalam proses penyaringan minyak kasar tersebut perlu ditambahkan air panas untuk melancarkan penyaringan minyak tersebut. Minyak kasar (Crude Oil) kemudian dipompakan ke dalam Decenter guna memisahkan Solid dan Liquid. Pada fase cair yang berupa minyak, air dan masa janis ringan ditampung pada Countnuous Settling Tank, minyak dialirkan ke oil tank dan pada fase berat (sludge) yang terdiri dari air dan padatan terlarut ditampung ke dalam Sludge Tank yang kemudian dialirkan ke Sludge Separator untuk memisahkan minyaknya.
4. Proses Pemurnian Minyak
Minyak dari oil tank kemudian dialirkan ke dalam Oil Purifer untuk memisahkan kotoran/solid yang mengandung kadar air. Selanjutnya dialirkan ke Vacuum Drier untuk memisahkan air sampai pada batas standard. Kemudian melalui Sarvo Balance, maka minyak sawit dipompakan ke tangki timbun (Oil Storage Tank).
PKS pada umumnya mengolah bahan baku berupa Tandan Buah Segar (TBS) menjadi minyak kelapa sawit CPO (Crude Palm Oil) dan inti sawit (Kernel). Proses pengolahan kelapa kelapa sawit sampai menjadi minyak sawit (CPO) terdiri dari beberapa tahapan yaitu:
a. Jembatan Timbang
Hal ini sangat sederhana, sebagian besar sekarang menggunakan sel-sel beban, dimana tekanan dikarenakan beban menyebabkan variasi pada sistem listrik yang diukur. Pada Pabrik Kelapa Sawit jembatan timbang yang dipakai menggunakan sistem komputer untuk meliputi berat. Prinsip kerja dari jembatan timbang yaitu truk yang melewati jembatan timbang berhenti 5 menit, kemudian dicatat berat truk awal sebelum TBS dibongkar dan sortir, kemudian setelah dibongkar truk kembali ditimbang, selisih berat awal dan akhir adalah berat TBS yang diterima dipabrik.
b. Penyortiran
Kualitas buah yang diterima pabrik harus diperiksa tingkat kematangannya. Jenis buah yang masuk ke PKS pada umumnya jenis Tenera dan jenis Dura. Kriteria matang panen merupakan faktor penting dalam pemeriksaan kualitas buah distasiun penerimaan TBS (Tandan Buah Segar).
Pematangan buah mempengaruhi terhadap rendamen minyak dan ALB (Asam Lemak Buah) yang dapat dilihat pada tabel berikut : Kematangan buah Rendamen minyak (%) Kadar ALB (%)
Buah mentah 14 – 18 1,6 – 2,8
Setengah matang 19 – 25 1,7 – 3,3
Buah matang 24 – 30 1,8 – 4,4
Buah lewat matang 28 – 31 3,8 – 6,1
c. Proses Perebusan (Sterilizer)
Lori yang telah diisi TBS dimasukan kedalam sterilizer dengan menggunakan capstand. Tujuan perebusan :
a) Mengurangi peningkatan asam lemak bebas.
b) Mempermudah proses pembrodolan pada threser.
c) Menurunkan kadar air.
d) Melunakan daging buah, sehingga daging buah mudah lepas dari biji.
Bila poin dua tercapai secara efektif maka semua poin yang lain akan tercapai juga. Sterilizer memiliki bentuk panjang 26 m dan diameter pintu 2,1 m. Dalam sterilizer dilapisi Wearing Plat setebal 10 mm yang berfungsi untuk menahan steam, dibawah sterilizer terdapat lubang yang gunanya untuk pembuangan air condesat agar pemanasan didalam sterilizer tetap seimbang.
Dalam proses perebusan minyak yang terbuang 70%. Dalam melakukan proses perebusan diperlukan uap untuk memanaskan sterilizer yang disalurkan dari boiler. Uap yang masuk ke sterilizer 2,8 – C140,cmkg302 dan direbus selama 90 menit.
d. Proses Penebah (Thereser Process)
1. Hoisting Crane
Fungsi dari Hoisting Crane adalah untuk mengangkat lori dan menuangkan isi lori ke bunch feeder (hooper). Dimana lori yang diangkat tersebut berisi TBS yang sudah direbus.
2. Thereser
Fungsi dari Theresing adalah untuk memisahkan buah dari janjangannya dengan cara mengangkat dan membantingnya serta mendorong janjang kosong ke empty bunch conveyor.
Proses Kempa adalah pertama dimulainya pengambilan minyak dari buah Kelapa Sawit dengan jalan pelumatan dan pengempaan. Baik buruknya pengoperasian peralatan mempengarui efisiensi pengutipan minyak. Proses ini terdiri dari :
3. Digester
Setelah buah pisah dari janjangan, maka buah dikirim ke Digester dengan cara buah masuk ke Conveyor Under Threser yang fungsinya untuk membawa buah ke Fruit Elevator yang fungsinya untuk mengangkat buah keatas masuk ke distribusi conveyor yang kemudian menyalurkan buah masuk ke Digester. Didalam digester tersebut buah atau berondolan yang sudah terisi penuh diputar atau diaduk dengan menggunakan pisau pengaduk yang terpasang pada bagian poros II, sedangkan pisau bagian dasar sebagai pelempar atau mengeluarkan buah dari digester ke screw press.
Fungsi Digester :
1. Melumatkan daging buah.
2. Memisahkan daging buah dengan biji.
3. Mempersiapkan Feeding Press.
4. Mempermudah proses di Press.
5. Menaikkan Temperatur.
4. Screw Press
Fungsi dari Screw Press adalah untuk memeras berondolan yang telah dicincang, dilumat dari digester untuk mendapatkan minyak kasar. Buah – buah yang telah diaduk secara bertahap dengan bantuan pisau – pisau pelempar dimasukkan kedalam feed screw conveyor dan mendorongnya masuk kedalam mesin pengempa ( twin screw press ). Oleh adanya tekanan screw yang ditahan oleh cone, massa tersebut diperas sehingga melalui lubang – lubang press cage minyak dipishkan dari serabut dan biji. Selanjutnya minyak menuju stasaiun clarifikasi, sedangkan ampas dan biji masuk kestasiun kernel.
Setelah melewati proses Screw Press maka didapatlah minyak kasar / Crude Oil dan ampas press yang terdiri dari fiber. Kemudian Crude Oil masuk ke stasiun klarifikasi dimana proses pengolahannya sebagai berikut :
Sand Trap Tank ( Tangki Pemisah Pasir)
Setelah di press maka Crude Oil yang mengandung air, minyak, lumpur masuk ke Sand Trap Tank. Fungsi dari Sand Trap Tank adalah untuk menampung pasir. Temperatur pada sand trap mencapai 95 0C.
Vibro Seperator / Vibrating Screen
Fungsi dari Vibro Separator adalah untuk menyaring Crude Oil dari serabut – serabut yang dapat mengganggu proses pemisahan minyak. Sistem kerja mesin penyaringan itu sendiri dengan sistem getaran – getaran pada Vibro kontrol melalui penyetelan pada bantul yang di ikat pada elektromotor. Getaran yang kurang mengakibatkan pemisahan tidak efektif.
Vertical Clarifier Tank (VCT)
Fungsi dari VCT adalah untuk memisahkan minyak, air dan kotoran (NOS) secara gravitasi. Dimana minyak dengan berat jenis yang lebih kecil dari 1 akan berada pada lapisan atas dan air dengan berat jenis = 1 akan berada pada lapisan tengah sedangkan NOS dengan berat jenis lebih besar dari 1 akan berada pada lapisan bawah.
Fungsi Skimmer dalam VCT adalah untuk membantu mempercepat pemisahan minyak dengan cara mengaduk dan memecahkan padatan serta mendorong lapisan minyak dengan Sludge. Temperatur yang cukup (95 0C) akan memudahkan proses pemisahan ini.
Prinsip kerja didalam VCT dengan menggunakan prinsip keseimbangan antara larutan yang berbeda jenis. Prinsip bejana berhubungan diterapkan dalam mekanisme kerja di VCT.
Oil Tank
Fungsi dari Oil Tank adalah untuk tempat sementara Oil sebelum diolah oleh Purifier. Pemanasan dilakukan dengan menggunakan Steam Coil untuk mendapatkan temperatur yang diinginkan yakni 95o C. Kapasitas Oil Tank 10 Ton / Jam.
Oil Purifier
Fungsi dari Oil Purifier adalah untuk mengurangi kadar air dalam minyak dengan cara sentrifugal. Pada saat alat ini dilakukan proses diperlukan temperatur suhu 95oC.
Vacuum Dryer
Fungsi dari Vacuum Dryer adalah untuk mengurangi kadar air dalam minyak produksi. Sistem kerjanya sendiri adalah minyak disimpan kedalam bejana melalui Nozel. Suatu jalur resirkulasi dihubungkan dengan suatu pengapung didalam bejana, sehingga bilamana ketinggian permukaan minyak menurun pengapung akan membuka dan mensirkulasi minyak kedalam bejana.
Sludge Tank
Fungsi dari Sludge Tank adalah tempat sementara sludge ( bagian dari minyak kasar yang terdiri dari padatan dan zat cair) sebelum diolah oleh sludge seperator. Pemanasan dilakukan dengan menggunakan sistem injeksi untuk mendapatkan temperatur yang dinginkan yaitu 95o C.
Sand Cyclone / Pre- cleaner
Fungsidari Sand Cyclone adalah untuk menangkap pasir yang terkandung dalam sludge dan untuk memudahkan proses selanjutnya.

Brush Strainer ( Saringan Berputar )
Fungsi dari Brush Strainer adalah untuk mengurangi serabut yang terdapat pada sludge sehingga tidak mengganggu kerja Sludge Seperator. Alat ini terdiri dari saringan dan sikat yang berputar.
Sludge Seperator
Fungsi dari Sludge Seperator adalah untuk mengambil minyak yang masih terkandung dalam sludge dengan cara sentrifugal. Dengan gaya sentrifugal, minyak yang berat jenisnya lebih kecil akan bergerak menuju poros dan terdorong keluar melalui sudut – sudut ruang tangki pisah.
Storage Tank
Fungsi dari Storage Tank adalah untuk penyimpanan sementara minyak produksi yang dihasilkan sebelum dikirim. Storage Tank harus dibersihkan secara terjadwal dan pemeriksaan kondisi Steam Oil harus dilakukan secara rutin, karena apabila terjadi kebocoran pada pipa Steam Oil dapat mengakibatkan naiknya kadar air pada CPO. Telah dijabarkan bahwasanya setelah pengepresan akan menghasilkan Crude Oil dan Fiber. Fiber tersebut akan masuk kestasiun Kernel dan akan dijabarkan proses pengolahannya.
Cake Breaker Conveyor (CBC)
Fungsi dari Cake Breaker Conveyor adalah untuk membawa dan memecahkan gumpalan Cake dari stasiun Press ke depericarper.
Depericarper
Fungsi dari Depericarper adalah untuk memisahkan fiber dengan nut dan membawa fiber untuk menjadi bahan bakar boiler. Fungsi kerjanya adalah tergantung pada berat massa, yang massanya lebih ringan (fiber) akan terhisap oleh fan tan. Yang massanya lebih berat (nut) akan masuk ke Nut Polishing drum.
Fungsi dari Nut Polishing Drum adalah :
1. Membersihkan biji dari serabut – serabut yang masih melekat.
2. Membawa nut dari Depericarper ke Nut transport.
3. Memisahkan nut dari sampah.
4. Memisahkan gradasi nut.
Nut Silo
Fungsi dari Nut Silo adalah tempat penyimpanan sementara nut sebelum diolah pada proses berikutnya. Bila proses pemecahan nut dengan menggunakan nut Craker maka nut silo harus dilengkapi dengan sistem pemanasan (Heater).
Riplle Mill
Fungsi dari riplle Mill adalah untuk memecahkan nut. Pada Riplle Mill terdapat rotor bagian yang berputar pada Riplle Plate bagian yang diam. Nut masuk diantara rotor dan Riplle Plate sehingga saling berbenturan dan memecahkan cangkang dari nut.
Claybath
Fungsi dari Claybath adalah untuk memisahkan cangkang dan inti sawit pecah yang besar dan beratnya hampir sama. Proses pemisahan dilakukan berdasarkan kepada perbedaan berat jenis. Bila campuran cangkang dan inti dimasukan kedalam suatu cairan yang berat jenisnya diantara berat jenis cangkang dan inti maka untuk berat jenisnya yang lebih kecil dari pada berat jenis larutan akan terapung diatas dan yang berat jenisnya lebih besar akan tenggelam. Kernel memiliki berat jenis lebih ringan dari pada larutan calcium carbonat sedangkan cangkang berar jenisnya lebih besar.
Hydro Cyclone
Fungsi dari Hydro Cyclone adalah :
1. Mengutip kembali inti yang terikut kecangkang.
2. Mengurangi losis (inti cangkang) dan kadar kotoran.
Kernel Dryer
Fungsi dari Kernel Dryer adalah untuk mengurangi kadar air yang terkandung dalam inti produksi. Jika kandungan air tinggi pada inti akan mempengaruhi nilai penjualan, karena jika kadar air tinggi maka ALB juga tinggi. Pada Kernel Silo ada 3 tingkatan yaitu atas 70 derajat celcius, tengah 60 derajat, bawah 50 derajat celcius. Pada sebagian PKS ada yang menggunakan sebaliknya yaitu atas 50 derajat, tengah 60 derajat, dan bawah 70 derajat celcius.
Kernel Storage
Fungsi dari Kernel ini adalah untuk tempat penyimpanan inti produksi sebelum dikirim keluar untuk dijual. Kernel Storage pada umumnya berupa bulk silo yang seharusnya dilengkapi dengan fan agar uap yang masih terkandung dalam inti dapat keluar dan tidak menyebabkan kondisi dalam Storage lembab yang pada akhirnya menimbulkan jamur kelapa sawit.
Kerja Screw Press
Prinsip ekstraksi minyak dengan cara ini adalah menekan bahan lumatan dalam tabung yang berlubang dengan alat ulir yeng berputar sehingga minyak akan keluar lewat lubang-lubang tabung. Besarnya tekanan alat ini dapat diatur secara elektris dan tergantung dari volume bahan yang di press. Alat ini terdiri dari sebuah selinder yang berlubang lubang didalam terdapat sebuah ulir yang berputar. Tekanan kempa diatur oleh dua buah kerucut (conus) berada pada kedua ujung pengempa, yang dapat digerakkan maju mundur secara hidrolik. Tekanan hidrolik pada komulator 50 – 70 kg / cm3 mengakibatkan ampas basah. Kehilangan minyak pada ampas dan biji tidak sempurna karena akan mempengaruhi pada proses stasiun selanjutnya, ampas yang basah akan mengakibatkan pembakaran didalam dapur tidak sempurna.
Tekanan yang terlampau tinggi misalnya 70 kg / cm3 akan mengakibatkan kehilangan inti yang begitu tinggi sehingga keseimbangan dalam mesin ini sangat diperlukan. hal yang perlu deperhatikan adalah ampas kempa yang keluar harus merata dalam arti tidak terlalu basah dan tidak terlalu kering, bila terjadi gangguan / kerusakan, sehingga screw press harus berhenti untuk waktu yang lama maka untuk mencegah hal – hal yang tidak diiginkan screw press harus selalu di periksa, untuk perbaikan pada screw press maka ampas yang tertinggal didalam mesin pengempa harus dikosongkan, sehingga dapat diperbaiki.
Kecepatan putar mesin pengempa harus disesuaikan dengan kapasitas Tanda Buah Segar yang akan dipress, dengan tujuan agar efesinsi proses pressing lebih optimal, sehingga target yang diiginkan perusahaan dapat tercapai sesuai dengan ketentuan – ketentuan yang diterapkan oleh perusahaan.
Screw Press dipakai untuk memisahkan minyak kasar dari daging buah yang telah dicabik dengan Oil Losses dan nut pecah menimum pada ampas press. alat ini terdari sebuah selinder yang berlubang – lubang dan di dalamnya terdapat 2 buah ulir yang berputar berlawanan arah. tekanan Press diatur oleh 2 buah konus berda pada bagian ujung press, yang dapat digerakan maju mundur secara hidrolic.
Masa yang keluar dari ketel adukan melalui, feeder Screw bagi Press yang memakainya (sebahagian minyak keluar) masuk kedalam main screw untuk di press lebih lanjut. Minyak yang keluar dari Feeder Screw dan main Srew ditampung dalam talang minyak (oil getter). untuk mempermudah pemisahan dan pengaliran minyak pada Feeder Screw dilakukan injeksi uap dan penambahan air panas.

Cara Kerja Mesi Screw Press
Motor listrik sebagai sumber gerakan yang berfungsi untuk menggerakkan mesi double screw press. Screw press dihidupkan melalui panel kendali sekaligus system hidrolikny,lalu dimasukkan air panas dengan suhu 900C melalui pipa masuk (pipe inlet).Motor listrik hidup memutar pulli melalui poros motor dengan daya 30 Kw dengan putaran 1475 rpm.Pulli menggerakkan sabuk menghantarkan putaran ke pulli yang terpasang pada poros yang menghubungkan ke gear reduser,dan gear reduser digerakkan poros utama yang dihubungkan dengan kopling.Poros utama menggerakkan roda gigi perantara yang mengakibatkan kedua poros berulir akan bergerak berlawanan arah dengan putaran yang sama.
Pada bagian akhir ulir terdapat dua buah konus yang digerakkan dengan bantuan sistem hidrolik dengan gerakan maju mundur sesuai dengan tekanan yang dibutuhkan yang bertujuan untuk meningkatkan hasil pengepresan dan tekanannya sebesar 30-50 bar.
Minyak yang dihasilkan oleh mesin press dialirkan ke oil vibrating screnn dan kemudian dialirkan ke crude oil tank untuk diproses lebih lanjut,sedangkan serabut dan biji buah sawit yang masih mengandung 4% minyak dialirkan ke cake breaker conveyor untuk proses selanjutnya.Motor listrik memutar poros screw press yang direduksi (dikurangkan) putarannya dari 1475 menjadi 12 rpm melalui speed reduser.
Kapasitas screw press yang direncanakan harus sesuaikan dengan kapasitas olahan pabrik. Dalam menentukan kapasitas 12 ton TBS / jam screw press yang dipergunakan maka ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain :
1. Sebelum kelapa sawit masuk kedalam screw press masa awal buah kelepa sawit telah berkurang. Hal ini disebabkan karena berlangsungnya proses penebahan pada mesin thresher / stripper. Massa sawit yang berkurang yang dimaksud adalah berupa tandan kosong yang dipindahkan dengan konveyor.
2. Untuk memperoleh hasil pressing yang baik yakni minyak sawit keluar semua
maka perlu diperhatikan bahwah screw press harus dalam keadaan selalu penuh. Kondisi ini dibutuhkan untuk memperoleh efisiensi yang lebih baik dari penekanan yang dilakukan sebab jika banyak ruang kosong pada saat penekanan maka tidak berlangsung maksimal.
Motor listrik sebagai sumber gerakan yang berfungsi untuk menggerakan mesin double screw press dihidupkan melalui panel kendali sekaligus sistem hidroliknya, lalu dimasukkan air panas dengan suhu 90C melalui pipa masuk (pipe inlet). Motor listrik hidup memutar pulli melalui poros motor dengan daya 22 Kw dan putaran 1465 rpm. Pulli menggerakkan sabuk menghantarkan putaran ke pulli yang terpasang pada poros yang menghubungi ke gear reducer, dari gear reducer digerakan poros utama yang dihubungkan dengan kopling. Poros utama menggerakan roda gigi perantara yang mengakibatkan kedua poros berulir akan bergerak berlawanan arah dangan putaran yang sama.
3. Dampak Pabrik Pengolahan Minyak Kelapa Sawit Terhadap Lingkungan.
Peningkatan produksi dan konsumsi dunia terhadap minyak sawit secara langsung dapat meningkatkan dampak negatif terhadap lingkungan. Pada proses produksi minyak sawit limbah berwujud padat, cair, dan gas dihasilkan dari berbagai stasiun kerja dari pabrik. Setiap ton tandan buah segar (TBS) yang diolah men jadi efluen sebanyak 600 liter. Limbah tersebut berdampak negatif terhadap lingkungan jika tidak dikelola dengan baik. Dewasa ini mulai diperkenalkan pengelolaan lingkungan yang bersifat pencegahan terhadap sumber-sumber dihasilkan limbah, seperti eco-efficient, pollution prevention, waste minimization, waste minimization atau source reduction. United Nation Environment Programme (UNEP) menggunakan istilah cleaner production atau produksi bersih sebagai upaya preventif dan intregrasi yang dilaksanakan secara berkesinambunan terhadap proses dan jasa untuk meningkatkan efisiensi dan mengurangi resiko terhadap manusia dan lingkungan.
Akhir-akhir ini permintaan akan minyak sawit mentah (Crude Palm Oil) yang digunakan sebagai minyak nabati dan biofuel telah mendorong peningkatan pengembangan perkebunan kelapa sawit atau perluasan wilyah perkebunan kelapa sawit terutama di Indonesia. Selain permintaan akan CPO, faktor lain yang menyebabkan perkembangan perluasan perkebunan kelapa sawit di Indonesia adalah adanya potensi yang sangat besar seperti lahan yang sangat luas, ketersediaan tenaga kerja dan kesesuaian agroklimat.
Indonesia adalah salah satu negara pengekspor CPO terbesar di kawasan Asia Tenggara yang diikuti oleh Malaysia. Luas perkebunan kelapa sawit Indonesia mencapai 8 juta hektar (ha) lebih yang jika dibandingkan dengan luas perkebunan kelapa sawit dunia yang hanya mencapai 12 juta hektar (ha) lebih, berarti luas perkebunan kelapa sawit Indonesia mencapai 66,67% dari luas perkebunan kelapa sawit dunia. Perkebunan kelapa sawit Indonesia yang mencapai 8 juta hektar tersebut tersebar di pulau Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi yang dijadikan sebagai daerah penghasil kelapa sawit dan CPO terbesar dan utama.
Salah satu provinsi penghasil kelapa sawit dan CPO terbesar di pulau Sumatera adalah Riau, dimana menurut data dari Dinas Perkebunan Propinsi (2009) luas perkebunan kelapa sawitnya lebih dari 2 juta hektar. Selain itu, menurut data BPS Propinsi Riau (2010) total luas lahan perkebunan sawit di Riau diperkirakan mencapai 2,06 juta hektar dari 1,7 juta ha pada tahun 2008. Luas ini diperkirakan setara dengan 35% luas perkebunan sawit nasional yang saat ini mencapai 7,3 juta ha lebih. Salah satu kabupaten yang memiliki perkebunan terluas adalah kabupaten Pelalawan. Di Pelalawan perkebunan kelapa sawit adalah salah satu komoditi unggulan selain perkebunan karet bagi masyarakatnya.
Peningkatan pengembangan perkebunan sawit sejalan dengan peningkatan pembangunan pabrik pengolahan minyak kelapa sawit (PKS). Seperti halnya di Riau, Pembangunan perkebunan kelapa sawit pasti membawa dampak terhadap masyarakat sektar. Dampak tersebut dapat berupa dampak positif bagi ekonomi, sosial dan pendidikan, seperti terbukanya lapangan kerja bagi warga sekitar pabrik, perbaikan dan pembangunan infrastruktur penunjang bagi perusahaan dan masyarakat seperti jalan dan fasilitas kesehatan, dan pabrik sebagai sarana penelitian. Menurut Syahza (2009) pembangunan perkebunan kelapa sawit di Riau dapat mengurangi ketimpangan pendapatan antar golongan masyarakat dan mengurangi ketimpangan ekonomi antar kabupaten/kota, dapat menciptakan multiplier effect dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat pedesaan, dan ekspor produk turunan kelapa sawit (CPO) dapat merangsang pertumbuhan ekonomi daerah Riau. Tingkat kesejahteraan yang dirasakan oleh masyarakat pedesaan telah membawa dampak berkembangnya perkebunan di daerah, khususnya kelapa sawit dan karet. Pembangunan perkebunan ini sekarang lebih banyak dilakukan oleh masyarakat secara swadaya.
Dampak negatif yang dapat ditimbulkan adalah masalah penurunan kualitas air dan penurunan kualitas udara serta pencemaran akibat limbah yang dihasilkan dari PKS baik itu limbah padat, gas, maupun limbah cair sering menjadi konflik antara pihak perusahaan dengan masyarakat yang ada di sekitar kawasan PKS tersebut. Limbah yang dihasilkan dari proses pengolahan buah sawit tersebut memberikan dampak yang tidak baik pada lingkungan. Tingginya kadar BOD dan COD di perairan bisa menyebabkan oksigen berkurang, Tingginya kadar minyak dan lemak serta TSS dapat menghambat masuknya sinar matahari ke dalam perairan. Jika hal tersebut terjadi, proses fotosintesis akan terhambat, kurangnya aktifitas fotosintesis akan mengurangi oksigen terlarut yang dilepas oleh tanaman air dan fitoplankton ke badan air, selain itu TSS juga bisa menyebabkan gangguan pada insang ikan karena partikel-partikel yang tidak larut tersebut akan menempel pada insang. Parameter kimia lain yang bersifat toksik terhadap organisme budidaya adalah amonia. Amonia bersifat toksik bagi biota perairan karena mengganggu proses pengikatan oksigen oleh darah. Konsentrasi amonia yang bersifat toksik bagi sebagian besar biota perairan berkisar antara 0,60 – 2,00 mg/l (The Europen Inland Fisheries Advisory Commission, 1973).
4. Cara Penanganan Setiap Dampak dari Prabrik Pengolahan Minyak Kelapa Sawit.
Menurut KEPMEN LH No 51 Tahun 1995, untuk menghindari atau menangani dampak-dampak yang ditimbulkan oleh limbah yang dihasilkan dari proses pengolahan, maka setiap industri wajib membuat instalasi pengolahan air limbah (IPAL). Saluran pembuangan limbah cair haruslah yang kedap air sehingga tidak terjadi perembesan limbah cair ke lingkungan, memasang alat ukur debit atau laju alir limbah cair dan melakukan pencatatan debit harian limbah cair tersebut, tidak melakukan pengenceran limbah cair, termasuk mencampurkan buangan air bekas pendingin ke dalam aliran pembuangan limbah cair, memisahkan saluran pembuangan limbah cair dengan saluran limpahan air hujan.
Produk Kelapa Sawit dan Pemanfaatannya:
Hasil utama tanaman kelapa sawit adalah minyak sawit atau yang sering dikenal dengan nama CPO (Crude Palm Oil) dan inti sawit. Minyak sawit dapat dimanfaatkan di berbagai industri karena memiliki susunan dan kandungan gizi yang cukup lengkap. Industri yang banyak menggunakan minyak sawit sebagai bahan baku adalah industri pangan, industri kosmetik, dan farmasi. Bahkan minyak sawit telah dikembangkan sebagai sakah satu bahan bakar.
Hasil penelitian mengungkapkan bahwa minyak sawit memiliki keuntungan dibandingkan dengan minyak nabati lainnya. Keunggulan tersebut antara lain:
Menjadi sumber minyak nabati termurah karena efisiensi minyak kelapa sawit ini tinggi;
Dibanding minyak lainnya, minyak kelapa sawit mempunyai produktivitas yang tinggi;
Dibanding minyak nabati lainnya, minyak kelapa sawit mempunyai manfaat yang lebih luas, baik pada industri pangan, maupun pada industri non pangan;
Kandungan gizi minyak kelapa sawit lebih unggul daripada minyak nabati lainnya.
omoditas kelapa sawit merupakan komoditas perdagangan yang sangat menjanjikan. Pada masa depan, minyak sawit diyakini tidak hanya mampu menghasilkan berbagai hasil industri hilir yang dibutuhkan manusia seperti minyak goreng, mentega, sabun, kosmetik, tetapi juga menjadi subtitusi bahan bakar minyak yang saat ini sebagian besar dipenuhi dengan minyak bumi.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Proses pabrik pengolahan minyak kelapa sawit yang terkait dengan kimia ada dua tahap yaitu Pemurnian dan Fraksinasi.
2. Dampak prabrik pengolahan minyak kelapa sawit terhadap lingkungan adalah Dampak negatif yang dapat ditimbulkan adalah masalah penurunan kualitas air dan penurunan kualitas udara serta pencemaran.
3. Cara penanganan setiap dampak dari prabrik pengolahan minyak kelapa sawit adalah dengan setiap industri wajib membuat instalasi pengolahan air limbah (IPAL). Saluran pembuangan limbah cair haruslah yang kedap air sehingga tidak terjadi perembesan limbah cair ke lingkungan, memasang alat ukur debit atau laju alir limbah cair dan melakukan pencatatan debit harian limbah cair tersebut, tidak melakukan pengenceran limbah cair, termasuk mencampurkan buangan air bekas pendingin ke dalam aliran pembuangan limbah cair, memisahkan saluran pembuangan limbah cair dengan saluran limpahan air hujan.
B. Saran
Pabrik pengelolaan minyak kelapa sawit dalam hal ini harus mempunyai tugas untuk membuat penampungan limbah sendiri agar tidak langsung masuk lingkungan dan berdampak merusak pada lingkungan sekitar. Tetap menjaga kebersihan lingkungan agar tidak mencemari air di lingkungan.

DAFTAR PUSTAKA

Bucman, H.. O. , 1982. Koloida tanah, sifat dan artinya dalam praktek, dalam ilmu tanah. Jakarta: Bhratara Karya Aksara.( 86 – 97 ).
H, Van Olphen, 1963. Montmorilloni tes ( Expanding threeLayer Clays) in clay colloid chemistry. New York: Interscience Publisher.( 66 – 69 ).
Ketaren, S. , 1986. Pengantar teknologi minyak dan lemak pangan. Jakarta : Universitas Indonesia, Jakarta: 1986, { 17 – 260 ).
Mark, ER, Jhon; J Mc. Ketto [and] Othmer, D. F., 1967. Bentonites in Encyclopedia of Chemical Technology”, 2nd ed, (7), 1967, ( 339 -358 ).
Pitoyo, 1988. Kemungkinan ekstraksi beta-karotena dari tanab pemucat limbah proses pemurnian minyak kelapa sawit. Yogyakarta : UGM.
Stanley, J,. L. , 1975 .Clays in industrial minerals and Roes, 4th ed, American Institute Of Minning, Metalurgieal and Petroleum Enginners Inc, New York, 1975, ( 519 – 575).

.

LIMBAH B3 (BAHAN BERACUN DAN BERBAHAYA)

Published Juli 5, 2013 by noviaekasaputrii

1. DEFINISI LIMBAH B3
B3 adalah kepanjangan dari bahan beracun dan berbahaya. Bahan berbahaya dan beracun (B3) didefinisikan sebagai bahan yang karena sifat dan konsentrasinya atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung dapat mencemarkan dan merusak lingkungan hidup, dan dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta mahkluk hidup lainnya.
Berikut ini adalah produk yang mengandung B3.
a. Pengharum ruangan
b. Pemutih pakaian
c. Deterjen Pakaian
d. Pembersih kamar mandi
e. Pembesih kaca/jendela
f. Pembersih lantai
g. Pengkilat kayu
h. Pembersih oven
i. Pembasmi serangga
j. Lem perekat
k. Hair spray
l. Batu baterai
Limbah adalah bahan sisa yang dihasilkan dari suatu kegiatan dan proses produksi, baik pada skala rumah tangga, industri, pertambangan, dan sebagainya.
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun, disingkat Limbah B3 adalah sisa suatu usaha atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya atau beracun yang karena sifat atau konsentrasinya dan jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung dapat mencemarkan atau merusakkan lingkungan hidup, serta dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lain.
2. JENIS LIMBAH B3
1) Limbah B3 dari sumber tidak spesifik
Limbah B3 yang berasal bukan dari proses utamanya, Tetapi berasal dari kegiatan pemeliharaan alat, pencucian, inhibitor korosi, pelarutan kerak, pengemasan, dll.
2) Limbah B3 dari sumber spesifik
Limbah B3 sisa proses suatu industri atau kegiatan tertentu.
3) Limbah B3 dari sumber lain
kedaluwarsa, tumpahan, sisa kemasan dan buangan produk yang tidak memenuhi spesifikasi.
3. KARAKTERISTIK DAN KLASIFIKASI LIMBAH B3
a. Mudah meledak (explosive)

Pada suhu dan tekanan standar (25 derajat Celcius, 760 mmHg) dapat meledak atau melalui reaksi kimia dan atau fisika dapat menghasilkan gas dengan suhu dan tekanan tinggi yang dengan cepat dapat merusak lingkungan sekitarnya. Limbah ini berbahaya selama penanganannya, baik pada saat pengangkutannya maupun saat pembuangannya, karena limbah jenis ini dapat menimbulkan rekasi hebat dan dapat melukai manusia serta dapat merusak lingkungan. Limbah mudah meledak dapat didefinisikan sebagai : Limbah yang melalui reaksi kimia dapat menghasilkan gas dengan cepat, suhu dan tekanan yang tinggi yang mampu merusak lingkungan sekitarnya.Contoh:
1) Limbah dari pabrik yang menghasilkan bahan eksplosif.
2) Limbah kimia khusus dari laboratorium seperti asam prikat (picric acid).
b. Pengoksidasi (oxidizing)

Suatu bahan yang dapat melepaskan banyak panas atau menimbulkan api ketika bereaksi dengan bahan kimia lainnya, terutama bahanbahan yang sifatnya mudah terbakar meskipun dalam keadaan hampa udara. Misalnya kaporit.

c. Sangat mudah sekali menyala (extremely flammable)
Suatu bahan yang memiliki karakteristik sebagai berikut:
a) Dapat menjadi panas atau meningkat suhunya dan terbakar karena kontak dengan udara pada temperatur ambien;
b) Padatan yang mudah terbakar karena kontak dengan sumber nyala api;
c) Gas yang mudah terbakar pada suhu dan tekanan normal;
d) Mengeluarkan gas yang sangat mudah terbakar dalam jumlah yang berbahaya, jika bercampur atau kontak dengan air atau udara lembab.
d. Mudah menyala (flammable)

Limbah ini berbahaya apabila terjadi kontak dengan buangan (gas) yang panas dari kendaraan, rokok atau sumber api lain karena dapat menimbulkan kebakaran yang tidak terkendalikan baik didalam kendaraan pengangkut maupun dilokasi penanaman limbah (landfill). Limbah mudah menyala/terbakar ini didefinisikan sebagai: Limbah yang apabila didekatkan dengan api, percikan api, gesekan atau sumber nyala lain akan mudah menyala/terbakar dan apabila telah menyala akan terus terbakar hebat dalam waktu yang lama. Contoh umum dari limbah ini adalah : Pelarut seperti benzena, toluena atau aseton. Limbah-limbah ini berasal dari pabrik cat, pabrik tinta dan kegiatan lain yang menggunakan pelarut tersebut; antara lain pembersihan metal dari lemak/minyak, serta laboratorium kimia. Contoh lainyang bisa mudah kita ketahui adal;ah bensin.
e. Beracun (moderately toxic)

Suatu bahan yang memiliki karakteristik seperti, sifat racun bagi manusia, yang dapat menyebabkan keracunan atau sakit yang cukup serius apabila masuk ke dalam tubuh melalui pernafasan, kulit atau mulut. Serta sifat bahaya toksisitas akut. Contonya misalkan pestisida
f. Berbahaya (harmful)
Suatu bahan baik berupa padatan, cairan ataupun gas yang jika terjadi kontak atau melalui inhalasi ataupun oral dapat menyebabkan bahaya terhadap kesehatan sampai tingkat tertentu
g. Korosif (corrosive)

Suatu bahan yang memiliki karakteristik sebagai berikut:
a) Menyebabkan iritasi (terbakar) pada kulit;
b) Menyebabkan proses pengkaratan pada lempeng baja SAE 1020 dengan laju korosi > 6,35 mm/tahun dengan temperatur pengujian 55oC;
c) Mempunyai pH sama atau kurang dari 2 untuk B3 bersifat asam dan sama atau lebih besar dari 12,5 untuk B3 yang bersifat basa.
Limbah jenis ini berbahaya karena dapat melukai, mebakar kulit dan mata terutama pekerja dilokasi pengelolaan atau dapat terlepas dari limbah B3 lain kelingkungan melalui drum berkarat yang berisi limbah jenis ini. Limbah yang menimbulkan korosi/ karat didefinisikan sebagai: Sebagai limbah yang dalam kondisi asam atau basa (ph 12.5) dapat menyebabkan nekrosis (terbakar) pada kulit atau dapat megkaratkan (mengkorosikan) baja.
Contoh :
1) Sisa-sisa asam/cuka, asam sulfat yang biasa digunakan dalam pembuatan baja terutama untuk membersihkan kerak dan karat. Sisa-sisa asam ini memerlukan pembuangan.
2) Limbah pembersih yang bersifat basa (alkaline), limbah ini dihasilkan dari kegiatan pembersihan seperti sodium hidroksida yang digunakan untuk membersihkan produk metal yang akan dicat atau dilapisi bahan lain (electroplated).
3) Limbah asam dari baterai. Limbah asam dihasilkan dari kegiatan pendaur ulangan baterai mobil (accu) bekas.
h. Bersifat iritasi (irritant)

Suatu bahan yang memiliki karakteristik sebagai berikut:
a) Padatan maupun cairan yang jika terjadi kontak secara langsung dan/atau terus menerus dengan kulit atau selaput lendir dapat menyebabkan iritasi atau peradangan;
b) Toksisitas sistemik pada organ target spesifik karena paparan tunggal dapat menyebabkan iritasi pernafasan, mengantuk atau pusing;
c) Sensitasi pada kulit yang dapat menyebabkan reaksi alergi pada kulit;
d) Iritasi/kerusakan parah pada mata yang dapat menyebabkan iritasi serius pada mata.
e) Contohnya misalkan asam format.
i. Berbahaya bagi lingkungan (dangerous to the environment)
Suatu bahan yang dapat menimbulkan bahaya terhadap lingkungan. Bahan kimia ini dapat merusak atau menyebabkan kematian pada ikan atau organisme aquatic lainnya atau bahaya lain yang dapat ditimbulkan, seperti merusak lapisan ozon (misalnya CFC = Chlorofluorocarbon), persistent di lingkungan (misalnya PCBs = Polychlorinated Biphenyls). Misalkan contohnya pelumas atau sering disebut Oli motor
j. Karsinogenik (carcinogenic), Teratogenik (teratogenic), Mutagenik (mutagenic)

Menunjukkan paparan jangka pendek, jangka panjang atau berulang dengan bahan ini dapat menyebabkan efek kesehatan sebagai berikut:
a) karsinogenik yaitu penyebab sel kanker;
b) teratogenik yaitu sifat bahan yang dapat mempengaruhi pembentukan dan pertumbuhan embrio;
c) mutagenic yaitu sifat bahan yang menyebabkan perubahan kromosom yang berarti dapat merubah genética;
d) toksisitas sistemik terhadap organ sasaran spesifik;
e) toksisitas terhadap sistem reproduksi;
f) gangguan saluran pernafasan.
4. IDENTIFIKASI LIMBAH B3
Alasan diperlukannya identifikasi limbah B3 adalah:
1. Mengklasifikasikan atau menggolongkan apakah limbah tersebut merupakan limbah B3 atau bukan.
2. Menentukan sifat limbah tersebut agar dapat ditentukan metode penanganan, penyimpanan, pengolahan, pemanfaatan atau penimbunan.
3. Menilai atau menganalisis potensi dampak yang ditimbulkan tehadap lingkungan, atau kesehatan manusia dan makhluk hidup lainnya
Tahapan yang dilakukan dalam identifikas limbah B3 adalah
1. Mencocokan limbah dengan daftar jenis limbah B3 sebagaimana Lampiran I (Tabel 1, 2 & 3) PP No. 85 tahun 1999
2. Apabila tidak cocok dengan daftar jenis limbah B3 sebagaimana Lampiran I, diperiksa apakah limbah tersebut memiliki karakteristik : mudah terbakar, mudah meledak, bersifat reaktif, bersifat korosif, infeksius, beracun.
3. Apabila kedua tahapan tersebut diatas telah di lakukan dan tidak memenuhi ketentuan Limbah B3 dilakukan uji toksikologi.
5. PENGELOLAAN LIMBAH B3
Berikut ini hierarki pengelolaan limbah B3 :
B

1. Reduksi Pada Sumber
Upaya mengurangi volume, konsentrasi, toksisitas dan tingkat bahaya limbah yang akan menyebar ke lingkungan secara preventif langsung pada sumber pencemar.
Salah satu keuntungan reduksi limbah pada sumbernya adalah meningkatkan efisiensi produksi serta mengurangi biaya pengolahan limbah dan pelaksanaannya relatif murah. Upaya ini bersifat preventif, oleh karena itu dalam melaksanakan pengelolaan limbah, hal ini harus dilakukan untuk pertama kali.
Reduksi Limbah pada Sumbernya dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu :
1. “House Keeping” yang baik
House keeping merupakan usaha yang dilakukan oleh suatu perusahaan dalam menjaga kebersihan lingkungan pabrik dengan mencegah terjadinya ceceran, tumpahan atau kebocoran bahan, serta menangani limbah yang terjadi dengan sebaik mungkin.
2. Segregasi Aliran Limbah
Segregasi aliran limbah adalah pemisahan berbagai jenis aliran limbah menurut jenis komponen, konsentrasi atau keadaannya, sehingga dapat mempermudah, mengurangi volume, atau mengurangi biaya pengolahan limbah.
Dengan segregasi limbah akan memudahkan dan memungkinkan pemanfaatan salah satu aliran.
Contoh : Pemisahan limbah dari proses produksi dengan limbah dari sanitasi.
3. Pelaksanaan “Preventive Maintenance”
Preventive Maintenace adalah pemeliharaan/penggantian alat atau bagian alat menurut waktu yang telah dijadualkan, berdasarkan waktu kerusakan alat.
Pelaksanaan yang ketat dari program ini dapat menghindari kerusakan alat, yang pada akhirnya dapat mengurangi jumlah limbah yang terjadi.
4. Pengelolaan Bahan (Material Inventory)
Pengelolaan bahan adalah suatu upaya agar persediaan bahan selalu cukup untuk menjamin kelancaran produksi, tetapi tidak berlebihan, sehingga tidak menimbulkan gangguan lingkungan. Penyimpanan diusahakan agar tetap rapi dan selalu terkontrol, sehingga tidak terjadi ceceran atau kerusakan bahan. Jika hal ini berarti mengurangi limbah terjadi.
5. Pengaturan Kondisi Proses dan Operasi yang Baik
Efisiensi yang terlihat dari meningkatnya hasil dapat dicapai dengan pengoperasian proses produksi pada kondisi optimum dan pengoperasian alat sesuai dengan petunjuk pengoperasian/penggunaan alat. Kondisi proses yang demikian dapat juga mengurangi kehilangan bahan akibat kebocoran dan tumpahan, sehingga mengurangi terjadinya limbah.
2. Pemanfaatan limbah B3
Pemanfaat limbah B3 adalah bagian dari kegiatan pengelolaan limbah B3 yang bertujuan memproses limbah B3 menjadi suatu produk melalui daur ulang (recycling), perolehan kembali (recovery) dan penggunaan kembali (reuse) (3R).
1) Recycle
Recycle atau daur ulang adalah proses peningkatan kemurnian refrigeran bekas dengan peralatan khusus, melalui proses fisika dengan jalan penyaringan dan pemisahan minyak pelumas dan gas yang tidak dapat mengembun (non-condensable gas) untuk digunakan kembali. Refrigeran adalah zat yang digunakan sebagai fluida kerja dalam proses penyerapan panas.
Beberapa Contoh recycle :
a) Memilah antara sampah organik dan non organik
b) Mendaur ulang segala yang dapat didaur ulang: plastik, kupasan buah segar dan sayur mayur, kertas dan kardus, gelas dan kaleng.
2) Recovery
Recovery adalah proses pemindahan refrigeran dari dalam suatu sistem refrigerasi ke dalam suatu tabung/tangki penampung.
Beberapa contohnya :
a) Memakai listrik seperlunya,
b) Menanam pohon untuk menyerap gas karbon dioksida yang ada di udara.
c) Hemat dalam menggunakan air
d) Menggunakan sepeda atau berjalan kaki untuk jarak yang tidak begitu jauh <5 km
e) Mengurangi penggunaan barang-barang yang tidak dapat didaur ulang.
3) Reuse
Pemanfaatan limbah langsung tanpa proses daur ulang disebut pemanfaatan ulang (reuse). Jenis limbah seperti ini biasanya dapat dimanfaatkan secara langsung atau dikonversikan dengan produk lain seperti pangan, pakan, pupuk organik, dan sumber energi.
Beberapa contohnya :
a) Memilih alat rumah tangga atau elektronik yang hemat energi
b) Mencari merk yang memperhatikan lingkungan
c) Menggunakan tas belanja yang mudah didaur ulang
d) Menggunakan kendaraan umum untuk bepergian
e) Mulai menggunakan energi bahan bakar alternatif yang tidak hanya dari bahan energi fosil, misalnya biogas, biodisel, surya sel dsbnya
f) Mengurangi emisi CFC dan emisi pengganti CFC dengan tidak menggunakan aerosol dan menggunakan energi efisien.
g) Memilih peralatan yang mempunyai usia pakai lebih lama.
Prinsip-prinsip:
– Aman bagi lingkungan dan kesehatan manusia
– Mempunyai proses produksi yang handal
– Mempunyai standard mutu produk dan deman pasar.
3. Pemusnahan dan Pengolahan
Pengolahan limbah B3 adalah bagian dari pengelolaan limbah B3 yang bertujuan untuk mengurangi, memisahkan, mengisolasi dan atau menghancurkan sifat/ kontaminan yang berbahaya
Dapat berupa:
a. Pengolahan fisika – kimia
Tujuan untuk mengurangi, memisahkan, mengisolasi, mengubah sifat kimia dan menambah kestabilan
Jenis:
– Air stripping
Air stripping adalah proses pemisahan bahan organik terlarut dalam air.
– Carbon absorption
Carbon adsorption systems with either absorption or condensation have been commonly used at petrol distribution terminals in the United States for many years. The technology is simple and robust making it ideal for terminals where a fully automatic plant requiring little maintenance is needed.
– Steam stripping
– Chemical oxidation
– Membrane process
– Solidification/ stabilization
b. Pengolahan biologis
– Dengan bantuan mikroorganisme, men-degradasi senyawa organik menjadi senyawa/ unsur dasar.
– Hanya dapat untuk senyawa organik.
– Relatif murah dan sederhana.
– Perlu pemilihan mikroorganisme, aklimatisasi, metoda yang tepat, tempat yang luas, waktu yang lama dan nutrient tambahan.Perlu ultimate indicator
– Biodegradation & bioregulation
c. Pengolahan thermal
Dengan bantuan panas mendestruksi senyawa organik atau menstabilkan senyawa anorganik
Persyaratan:
– Limbah : pada umumnya untuk senyawa organik, flash point 10%.
 Tidak mengandung PCB / dioksin
 Tidak mengandung radioaktif.
 Tidak berbentuk cair/lumpur.
Hal-hal lain dalam pengelolaan limbah B3, yaitu :
1. Penyimpanan dan Pengumpulan
– Penyimpanan sementara limbah B3 adalah bagian pengelolaan limbah B3 yang bertujuan menyimpan sementara limbah B3 yang dihasilkan sendiri di lokasi penghasil limbah B3 sampai dengan suatu keekonomisan pengelolaan lebih lanjut tercapai
– Menyimpan limbah B3 maksimal 90 hari, kecuali bagi penghasil dengan jumlah timbulan limbah B3 lebih kecil dari 50 kg per hari
– Pengumpulan limbah B3 adalah bagian pengelolaan limbah B3 yang bertujuan menyimpan sementara limbah yang dihasilkan dari beberapa sumber di luar lokasi penghasil sampai dengan suatu keekonomisan pengelolaan lebih lanjut tercapai
– Pengumpulan limbah B3 maksimal 90 hari
2. Pengangkutan limbah B3
– Pengangkutan limbah B3 adalah bagian dari pengelolaan limbah B3 yang bertujuan untuk memindahkan limbah B3 dari satu pelaku ke pelaku yang lain
– Harus mendapat rekomendasi dari KLH(Kementrian Lingkungan Hidup) dan ijin dari Departemen Perhubungan.
– Harus memiliki dokumen limbah B3
– Pengangkutan limbah B3 harus menggunakan alat angkut khusus yang dirancang sedemikian rupa yang dapat menjamin keamanan dan keselamatan proses pengangkutan
– Melaporkan kegiatan pengangkutan limbah B3.
3. Tujuan Pemgelolaan Limbah B3
a) Mencegah pencemaran dan kerusakan lingkungan
b) Menanggulangi pencemaran dan kerusakan lingkungan
c) Memulihkan kualitas lingkungan tercemar
d) Meningkatkan kemampuan dan fungsi kualitas lingkungan
6. PERANGKAT PERUNDANGAN
– Pemerintah Nomor 85 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah B3;
– Permen LH No.02 Tahun 2008 tentang Pemanfaatan Limbah B3 Keputusan Kepala Bapedal Nomor Kep-Bapedal/68/05/1994 tentang Tata Cara Memperoleh Izin Pengelolaan Limbah B3;
– Keputusan Kepala Bapedal Nomor Kep-01/Bapedal/09/1995 tentang Pedoman Teknis Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah B3
– Keputusan Kepala Bapedal Nomor Kep-02/Bapedal/09/1995 tentang Dokumen Limbah B3;
– Keputusan Kepala Bapedal Nomor Kep-04/Bapedal/09/1995 tentang Pedoman Teknis Penimbunan Limbah B3
– Keputusan Kepala Bapedal Nomor Kep-05/Bapedal/09/1995 tentang Simbol dan Label Limbah B3.

DAFTAR PUSTAKA
semua data di atas di dapatkan dari internet 🙂

UJI KANDUNGAN ABU DARI PEMBAKARAN SAMPAH ORGANIK

Published Juli 5, 2013 by noviaekasaputrii

JUDUL
Uji Kandungan abu dari pembakaran sampah organik
TUJUAN
Menentukan sifat asam dan basa dengan menggunakan kunyit dan bunga sepatu sebagai indikator alami.
Uji nyala untuk mengidentifikasi unsur hara pada abu tanaman
DASAR TEORI
Asam dan basa merupakan dua golongan zat kimia yang sangat penting. Dalam kehidupan sehari-hari, kita mengenal berbagai zat yang kita golongkan sebagai asam seperti buah-buahan. Salah satu sifat asam adalah rasanya yang masam. Serta berbagai zat yang kita golongkan sebagai basa, seperti air abu, air sabun, air soda. Salah satu sifat basa adalah dapat melarutkan lemak, itulah sebabnya abu gosok dipakai untuk mencuci piring.
Teori Asam-Basa Arrhenius
Sejak berabad-abad yang lalu, pakar kimia mendefinisikan asam dan basa berdasarkan sifat larutannya. Larutan asam memiliki rasa masam dan bersifat korosif (merusak logam, marmer, dan berbagai bahan lain). sedangkan basa berasa agak pahit dan bersifat kaustik ( licin).
Namun ada beberapa pendapat yang menjelaskan penyebab sifat asam dan basa. Pada tahun 1777, Antoine Laurent Lavoisier (1743-1794) mengemukakan bahwa asam mengandung unsur oksigen. Davy kemudian menyimpulkan bahwa unsur hidrogenlah yang merupakan unsur dasar asam. Kemudian tahun 1814 Joseph Louis Gay-Lussac (1778-1850) menyimpulkan bahwa asam adalah suatu zat yang dapat menetralkan alkali dan kedua golongan senyawa itu hanya dapat didefinisikan dalam kaitan satu dengan yang lain.
Namun konsep/pendapat yang cukup memuaskan, dan dapat diterima hingga saat ini dikemukakan oleh Svante August Arrhenius (1859-1927), yaitu :
• Asam
asam adalah zat yang dalam air melepaskan ion H+. dengan kata lain, pembawa sifat asam adalah ion H+. dan dirumuskan dengan :
HxZ(aq) → xH+(aq) + Zx-(aq)
• basa
basa adalah zat yang dalam air menghasilkan ion hidroksida (OH-). dengan kata lain, pembawa sifat basa adalah (OH-), dan dirumuskan dengan :
M(OH)x(aq) → Mx+(aq) + xOH-(aq)
Teori Asam Basa Bronsted Lowry
Pada teori asam basa bronsted lowry, asam adalah sebuah molekul atau ion yang mampu melepaskan atau mendonorkan atau memberi proton. Sedangkan basa adalah spesi kimia yang mampu menarik atau menerima atau akseptor proton.
Contoh :
NH4-(aq) + H2O (l) → NH3(aq) + H3O+(aq)
Teori Asam Basa Lewis
Pada teori asam basa Lewis, asam adalah akseptor pasangan elektron. Basa adalah donor pasangan elektron.
Identifikasi senyawa Asam , Basa, dan Garam
Hidrogen klorida adalah senyawa asam yang lebih dikenal dengan nama asam klorida. Natrium hidroksida adalah senyawa basa, juga dikenal sebagai soda api. Natrium klorida merupakan senyawa garam yang lebih dikenal sebagai garam dapur. Senyawa asam, basa, dan garam banyak dijumpai dalam kehidupan sehari-hari.Di toko obat kamu dapat membeli obat yang berfungsi untuk mengontrol tingkat keasaman perutmu, yaitu puyer atau tablet antasid.Kamu juga dapat membeli bahan di toko pupuk yang berfungsi menurunkan tingkat keasaman tanah pertanian.Pada pelajaran ini kamu akan mempelajari tentang obat atau bahan-bahan tersebut bekerja sehingga dapat berfungsi sesuai dengan yang kita inginkan. Indikator asam basa merupakan senyawa kimia yang berubah warna saat ditetesi zat yang bersifat asam atau basa. Indikator asam basa dapat berupa kertas lakmus merah dan biru, indikator alami, atau pH meter.
1. Indikator Alami
Indikator adalah suatu senyawa kompleks yang dapat bereaksi dengan asam dan basa. Untuk menentukan sifat asam atau basa, kamu dapat menggunakan indikator bahan alam yang berwarna, seperti kulit manggis, kunyit, dan bunga kembang sepatu. Caranya, bahan-bahan tersebut dihaluskan dan diberi air sehingga diperoleh ekstrak bahan alam sebagai indikator alami. Ekstrak kunyit yang dilarutkan dalam air pada keadaan netral akan berwarna kuning. Jika ditetesi larutan asam, warna kuning tersebut akan berubah menjadi kuning cerah, sedangkan jika ditetesi larutan basa, warna kuning akan berubah menjadi jingga kecoklatan. Ekstrak kulit manggis pada keadaan netral berwarna ungu. Jika ditetesi larutan asam, warna ungu berubah menjadi coklat kemerahan dan jika ditetesi larutan basa akan berubah menjadi biru kehitaman.
Bunga kembang sepatu yang digerus dengan sedikit air pada keadaan netral akan berwarna merah (coklat sedikit ungu jika sudah kering), jika ditetesi larutan asam akan berwarna merah cerah, dan menjadi hijau jika ditetesi larutan basa.
Ekstrak kubis ungu juga dapat digunakan untuk menentukan sifat suatu larutan. Kubis ungu akan memperlihatkan perubahan warna sesuai kekuatan sifat asam maupun sifat basa.
2. Indikator kertas lakmus
Indikator kertas lakmus merupakan senyawa kimia yang dikeringkan pada kertas.Ada dua warna kertas lakmus, yaitu warna merah dan biru.
Kelompok senyawa Asam, Basa, dan Garam
1. Ciri Senyawa Asam
Istilah asam berasal dari bahasa latin yaitu acetum yang berarti cuka. Jika larutan hydrogen klorida diteteskan pada kertas lakmus biru, kertas itu akan berubah menjadi merah. Berarti,hydrogen klorida bersifat asam. Begitu pula jika air aki diteteskan di kertas lakmus biru, lakmus biru akan berubah menjadi merah. Air aki mengandung asam sulfat yang bersifat asam.
Asam berkaitan dengan salah satu tanggapan indra pengecap kita terhadap suatu rasa masam. Kata asam berasal dari bahasa latin, yaitu acidus yang berarti masam. Senyawa asam banyak kita temukan dalam kehidupan sehari-hari, seperti pada makanan dan minuman. Selain, senyawa asam ditemukan pula dalam lambung yaitu asam klorida yang berfungsi membunuh kuman.
Jika hydrogen klorida (HCl) dilarutkan dalam air, senyawa itu akan terurai membentuk ion H+ dan Cl-, persamaan reaksinya dituliskan sebagai berikut,
HCl (cair) + H2O (cair) → H+ (larutan) + Cl-(larutan)
Senyawa asam sulfat (H2SO4) jika dilarutkan dalam air akan terurai membentuk ion H+ dan SO42-, persamaan reaksinya dituliskan sebagai berikut:
H2SO4 (cair) + H2O (cair ) → 2H+ (larutan) + SO42- (larutan)
Dari kedua persamaan reaksi di atas, diperoleh ion yang sama, yaitu H+. Hidrogen yang bertanda positif itu disebut ion hydrogen. Kesimpulannya adalah, ciri senyawa yang bersifat asam adalah menghasilkan ion H+ jika dilarutkan dalam air.
Ion H+ pada kedua senyawa tersebut berasal dari atom H yang terdapat di dalamnya. Contoh rumus kimia senyawa lain yang bersifat asam, yaitu asam nitrat (HNO3), asam bromida (HBr), asam sulfida (H2S), asam fosfat (H3PO4), dan asam asetat / asam cuka (CH3COOH).
Asam dapat menyebabkan berbagai kerusakan karena sifatnya yang korosif.Salah satunya adalah peristiwa hujan asam yang akhir-akhir ini menimbulkan masalah lingkungan.Kita harus berhati-hati karena asam bersifat korosif atau merusak.Asam kuat dapat membuat kulit melepuh dan baju menjadi
Rusak. Asam kuat akan sangat berbahaya apabila mengenahi organ bagian dalam tubuh termasuk organ pencernaan.
2. Ciri senyawa Basa
Istilah basa berasal dari bahasa arab yang berarti abu. Jika larutan Natrium Hidroksida diteteskan pada kertas lakmus merah, lakmus akan menjadi biru. Jadi natrium hidroksida bersifat basa, begitu pula air kapur. Natrium hidroksida (NaOH) jika dilarutkan dalam air akan terurai membentuk Na+ dan OH-. Persamaan reaksi kimianya adalah sebagai berikut :
NaOH (cair) + H2O (cair) → Na+(larutan) + OH- (larutan )
Senyawa kalsium hidroksida mempunyai rumus kimia Ca(OH)2, jika dilarutkan dalam air, senyawa ini akan terurai sesuai dengan reaksi berikut :
Ca(OH)2 (padat) + H2O (cair) → Ca2+ (larutan ) + 2OH- (larutan)
Dari kedua persamaan diatas akan terlihat adanya ion OH- pada kedua reaksi. Jadi ciri senyawa yang bersifat basa adalah menghasilkan ion OH- jika terurai dalam air. Contoh senyawa lain yang bersifat basa adalah: Kalium hidroksida (KOH), barium hidroksida (Ba(OH)2), dan ammonium hidroksida (NH4OH).
Berikut ini adalah tabel contoh-contoh basa dalam kehidupan sehari-hari.
Aluminium hidroksida
Hidroksida
Magnesium hidroksida
Natrium hidroksida
Kalium hidroksida
Deodorant dan antasida
Plester
Antasida
Pembersih saluran pipa
10. Bahan sabun

3. Ciri senyawa Garam
Pada saat larutan natrium klorida diteteskan pada kertas lakmus merah atau biru, kedua kertas tidak akan berubah warna. Artinya natrium klorida merupakan senyawa garam yang bersifat netral. Demikian pula dengan larutan kalium sulfat
Rumus kimia senyawa natrium klorida adalah NaCl, sedangkan kalium sulfat K2SO4. Dalam air, kedua senyawa itu akan mengalami reaksi sebagai berikut :
NaCl (padat) + H2O (cair) → Na+(larutan) + Cl- (larutan)

K2SO4 (padat) + H2O (cair) → 2K+ (larutan ) + SO42-(larutan )
Karena tidak ada ion hydrogen (tidak ada H+), berarti kedua senyawa itu tidak bersifat asam. Begitu pula dengan tidak adanya ion hidroksil (tidak ada OH-), berarti senyawa tersebut tidak bersifat basa. Kesimpulannya jika suatu senyawa tidak bersifat asam maupun basa, maka senyawa itu disebut bersifat netral. Senyawa yang terbentuk dari reaksi asam dan basa disebut garam.
Umumnya senyawa berupa garam bersifat netral. Contoh senyawa garam yang bersifat netral yaitu :
Bromida (NaBr),
Natrium nitrat (NaNO3), dan
natrium sulfat (Na2SO4).
Sifat-sifat Asam dan Basa
Senyawa asam bersifat :
– Korosif (dapat merusak logam dan marmer)
– rasanya asam
– bereaksi dengan logam tertentu menghasilkan gas hydrogen dan garam
– nilai pH kurang dari 7
– mengubah warna lakmus biru menjadi merah
– dapat menghantarkan arus listrik
Senyawa basa bersifat :
– kaustik (dapat merusak kulit)
– rasanya pahit
– licin seperti sabun
– nilai pH lebih dari 7
– mengubah warna lakmus merah menjadi biru
– dapat menghantarkan arus listrik
Senyawa garam bersifat :
– memiliki titik leleh yang tinggi
– nilai pH sama dengan 7
Penentuan nilai pH
1. Larutan indikator Asam- Basa
Larutan indikator asam-basa merupakan senyawa kimia yang dapat berubah warna sesuai dengan perubahan pH. Sifat inilah yang dimanfaatkan untuk menentukan nilai pH suatu larutan. Perubahan warna dari larutan indikator memiliki rentang pH tertentu. Rentang pH disebut juga trayek pH indikator.
2. Kertas indikator Universal
Dapat digunakan untuk menentukan nilai pH suatu larutan. Kertas indikator universal mempunyai empat buah garis warna: kuning, hijau jingga, dan jingga kecoklatan. Kertas indikator tersebut dicelupkan pada larutan yang akan ditentukan nilai pH-nya. Ketika sudah tercelup, warna-warna pada kertas akan berubah warna. Keempat garis warna yang berubah dicocokkan dengan skla pH dari 0 sampai 14 yang terdapat pada kemasan kertas indikator.
3. pH Meter
Pengukuran pH yang lebih akurat dapat dilakukan dengan menggunakan pH meter. Elektrode pada pH meter dicelupkan ke dalam larutan yang akan diperiksa. Harga pH larutan dapat dilihat pada angka yang terdapat di layar alat pengukur. Pengukuran pH dengan pH meter lebih akurat dibandingkan indikator lainnya.
Sampah organik
Sampah organik adalah sampah yang mengalami pelapukan(dekomposisi) dan terurai menjadi bahan yang lebih kecil dan tidak berbau (sering disebut kompos). Kompos merupakan hasil pelapukan bahan-bahan organik seperti daun-daunan, jerami, alang-alang, rumput, dan bahan lain yang sejenis dimana proses pelapukannya dipercepat oleh bantuan manusia. Sampah organik berasal dari makhluk hidup, baik manusia, hewan, ataupun tumbuhan.
Abu kayu
Abu kayu adalah materi ( umumnya berupa bubuk ) yang tersisa setelah pembakaran kayu. Umumnya, 6-10% massa kayu yang dibakar menghasilkan abu. Komposisi kayu dipengaruhi oleh jenis kayu yang dibakar. Kondisi pembakaran juga mempengaruhi kondisi abu dan jumlah abu yang tersisa; temperatur akan mengurangi jumlah abu yang dihasilkan. Abu kayu mengandung kalsium karbonat sebagai komponen utamanya, mewakili 25-45% massa abu kayu. Kalsium terdapat pada jumlah kurang dari 10%, dan fosfat kurang dari 1%. Terdapat juga besi, mangan, seng, tembaga, dan beberapa jenis logam berat. Namun, komposisi abu kayu sangat bergantung pada jenis kayu dan kondisi pembakaran seperti temperatur. Abu kayu umumnya dibuang kelahan pembuangan, namun alternative pengolahan yang rama lingkungan dapat menjadi suatu hal yang sangat menarik. Sejak lama diketahui bahwa abu kayu dapat digunakan sebagai pupuk karena mengandung berbagai macam mineral, namun tanpa nitrogen. Keberadaan kalsium karbonat dapat digunakan untuk menurunkan tingkat keasaman tanah. Kalium hidroksida dapat dibuat dari abu kayu, yang dapat dipakai sebagai bahan pembuat sabun.
Uji Nyala
Uji nyala berhubungan dengan logam alkali, alkali tanah, dan unsur-unsur transisi periode keempat. Dimana pada logam alkali unsur Natrium, kalium, dan litium memiliki warna yang berbeda. Pada alkali tanah unsur kalsium memiliki warna merah keorangean. Unsur transisi periode keempat yaitu tembaga (Cu) memiliki warna biru. Berikut ini uji nyala yang dihasilkan :
Logam gambar hasil
Natrium
Kalium
litium
Kalsium
Tembaga
Antimon
kalau dengan kata-kata :
Li — merah
Na — orange cemerlang terus menerus
K — lilac (pink)
Rb — merah (lembayung kemerah-merahan)
Cs — biru lembayung
Ca — orange-merah
Sr — merah
Ba — hijau pucat
Cu — biru-hijau (sering disertai percikan berwarna putih)
Pb — putih keabu-abuan
Logam-logam lain dapat dideteksi dengan metoda manik borak, manik pospat, atau manik karbonat.

ALAT DAN BAHAN

Alat
No. Nama Alat Jumlah
1 Gelas air mineral 14
2 Sendok 3
4 Mangkok 2
5 Kaleng bekas 1
6 Lampu teplok 1
7 Tutup kaleng bekas 1
8 Kain 1
9 Lilin 1
10 Pengaduk 1

Bahan
No. Nama Bahan Jumlah
1 Indikator kunyit 3 jari
2 Indikator bunga sepatu 6 bunga
3 Soda api padatan 2 keping
4 Air jeruk 1 buah
5 Asam belimbing 6 buah
6 Filtrat rendaman air abu 1/2 Kaleng
7 Air sabun 3 tetes
8 Cuka 6 tetes
9 Air Secukupnya
10 Daun Kering Secukupnya

CARA KERJA
Membuat Indikator Dari Kunyit
Diambil beberapa tanaman kunyit. Dikupas kulitnya.
Setelah dikupas, dihaluskan kunyit tersebut.
Diperas kunyit yang sudah dihaluskan dan ditampung airnya dalam gelas air mineral.
Membuat Indikator Dari Bunga sepatu
Diambil beberapa bunga tanaman bunga sepatu.
Bunga sepatu tersebut dibuat dalam mangkok serta ditambahkan air secukupnya.
Campuran air dengan kembang sepatu tadi diremas-remas sampai kembang sepatu tersebut hancur sampai terbentuk ekstrak bunga sepatu.
Didapatkan ekstrak bunga sepatu.
Diletakan larutan itu kedalam gelas air mineral.
Membuat filtrat dari rendaman abu bahan organik
Dikumpulkan daun kering secukupnya.
Dibakar sampai semua daun atau serbuk kayu tersebut menghasilkan abu.
Diambil abu bakaran tadi dibuat dalam kaleng bekas.
Abu dicampur air dengan perbandingan 1:2
Larutan diendapkan selama 1 malam.
Setelah direndam, disaring rendaman abu tadi menggunakan kain.
Diambil filtrat tersebut dibagi menjadi dua bagian.
Bagian pertama digunakan sebagai larutan yang diuji dengan indikator alami
Bagian kedua digunakan untuk uji nyala
Percobaan menggunakan indikator alami
Dimasukan filtrat rendaman air abu secukupnya kedalam gelas air mineral yang sudah dipotong.
Diuji filtrat rendaman air abu tersebut dengan indikator alami yaitu kunyit.
Diamati perubahan apa saja yang terjadi.
Dicatat hasil pengamatan.
Diulangi langkah-langkah diatas dengan menggunakan air sabun, soda api, cuka, air jeruk, dan asam belimbing.
Diuji lagi menggunakan indikator kunyit.
Diamati perubahan apa saja yang terjadi. Dicatat hasil pengamatan terseut
Diulangi semua langkah-langkah diatas dengan masing-masing bahan berikut ini filtrat rendaman air abu, air sabun, soda api, cuka, air jeruk, dan asam belimbing diuji dengan menggunakan indikator air bunga sepatu.
Diamati dan dicatat semua hasil pengamatan yang diamati.
Uji nyala Menggunakan bahan filtrat rendaman air abu
Filtrat rendaman air abu di dipanaskan sampai airnya habis atau diuapkan.
Endapan yang ada ada ketika diuapkan diambil.
Sisa endapan tersebut diletakan di sendok.
Lalu di masukan kedalam api.
Diamati perubahan apa yang terjadi pada api.
Dicatat hasil pengamatan.

HASIL PENGAMATAN
Indikator Alami
1. Kunyit 2. Kembang Sepatu

Dibawah ini gambar yang sudah diambil air dari kunyit dan kembang sepatu

Kembang Sepatu
Kunyit

Diuji dengan Diteteskan Indikator Air Kunyit
Filtrat rendaman abu
Warna awal : bening
Warna setelah ditetesi Indikator air kunyit : Coklat

Cuka
Warna awal : Bening
Warna setelah ditetesi Indikator air kunyit : Kuning Orange

Air Jeruk
Warna Awal : Keruh
Warna setelah ditetesi Indikator air kunyit : Kuning

Asam Belimbing
Warna Awal : Keruh
Warna setelah ditetesi Indikator air kunyit : Kuning

Air Sabun
Warna Awal : Hijau bening
Warna setelah ditetesi Indikator air kunyit : Kuning kehijauan

Soda Api
Warna Awal : Putih
Warna setelah ditetesi Indikator air kunyit : Coklat Kehitaman

3. Diuji dengan Ditetesi Indikiator Air Bunga Sepatu
Filtrat rendaman abu
Warna awal : bening
Warna setelah ditetesi Indikator air bunga kembang sepatu : Kuning Kehijauan

Cuka
Warna awal : Bening
Warna setelah ditetesi Indikator air bunga kembang sepatu : Merah

Air Jeruk
Warna Awal : Keruh
Warna setelah ditetesi Indikator air bunga kembang sepatu : Merah

Asam Belimbing
Warna Awal : Keruh
Warna setelah ditetesi Indikator air bunga kembang sepatu : Merah

Air Sabun
Warna Awal : Hijau bening
Warna setelah ditetesi Indikator air bunga kembang sepatu : Merah Muda keunguan

Soda Api
Warna Awal : Putih
Warna setelah ditetesi Indikator air bunga kembang sepatu : Kuning

Berikut ini dalam bentuk tabel :
NO LARUTAN INDIKATOR WARNA AWAL WARNA LARUTAN SETELAH DITETESI LARUTAN
BUNGA SEPATU KUNYIT ASAM BASA
1 Air Abu Bening Coklat
2 Cuka Bening orange
3 Air Jeruk Keruh Kuning
4 Asam Belimbing Keruh Kuning
5 Air Sabun Hijau bening Kuning Kehijauan
6 Soda Api Putih Coklat kehitaman
7 Air Abu Bening Kuning kehijauan
8 Cuka Bening Merah
9 Air Jeruk Keruh Merah
10 Asam Belimbing Keruh Merah
11 Air Sabun Hijau bening Merah muda keunguan

12 Soda Api Putih Kuning kehijauan

4. Uji nyala

Warna api menjadi warna Merah.

PEMBAHASAN
Sifat larutan
Pada pengujian beberapa bahan dengan menggunakan indikator alami seperti kunyit dan bunga sepatu, pada percobaan kali ini didapatkan :
Filtrat rendaman air abu diuji menggunakan indikator kunyit didapatkan hasil warnanya adalah coklat. Pada awal warna adalah bening. Dengan itu, campuran filtrat rendaman air abu ditambahkan indikator kunyit reaksinya bersifat basa.
Cuka diuji menggunakan Indikator kunyit didapatkan hasil warnanya adalah orange. Pada awal berwarna bening. Dengan itu, campuran cuka ditambahkan indikator kunyit reaksinya bersifat asam.
Air Jeruk diuji menggunakan Indikator kunyit didapatkan hasil warnanya adalah kuning. Pada awal berwarna keruh. Dengan itu, campuran air jeruk dengan indikator kunyit reaksinya bersifat asam.
Asam Belimbing diuji menggunakan indikator kunyit didapatkan hasil warnanya adalah kuning. Pada awal berwarna keruh. Dengan itu, campuran asam belimbing dengan indikator kunyit reaksinya bersifat asam.
Air Sabun diuji menggunakan indikator kunyit didapatkan hasil warnanya adalah kuning kehijauan. Pada awal berwarna hijau bening. Dengan itu, campuran air sabun dangan indikator kunyit reaksinya bersifat basa.
Soda Api diuji menggunakan indikator kunyit didapatkan hasil warnanya adalah coklat kehitaman. Pada awala berwarna putih. Dengan itu, campuran dosa api dengan indikator kunyit reaksinya bersifat basa. Ketika soda api di uji dengan kunyit akan terasa hangat pada larutan tersebut.
Filtrat rendaman air abu diuji menggunakan indikator kembang sepatu didapatkan hasil warnanya adalah kuning kehijauan. Pada awal warna adalah bening. Dengan itu, campuran filtrat rendaman air abu ditambahkan indikator kembang sepatu reaksinya bersifat basa.
Cuka diuji menggunakan Indikator bunga sepatu didapatkan hasil warnanya adalah merah. Pada awal berwarna bening. Dengan itu, campuran cuka ditambahkan indikator kembang sepatu reaksinya bersifat asam.
Air Jeruk diuji menggunakan Indikator kembang sepatu didapatkan hasil warnanya adalah merah. Pada awal berwarna keruh. Dengan itu, campuran air jeruk dengan indikator kembang sepatu reaksinya bersifat asam.
Asam Belimbing diuji menggunakan indikator kembang sepatu didapatkan hasil warnanya adalah merah. Pada awal berwarna keruh. Dengan itu, campuran asam belimbing dengan indikator kembang sepatu reaksinya bersifat asam.
Air Sabun diuji menggunakan indikator kembang sepatu didapatkan hasil warnanya adalah merah muda keunguan. Pada awal berwarna hijau bening. Dengan itu, campuran air sabun dangan indikator bunga sepatu reaksinya bersifat basa.
Soda Api diuji menggunakan indikator kembang sepatu didapatkan hasil warnanya adalah kuning kehijauan. Pada awal berwarna putih. Dengan itu, campuran dosa api dengan indikator kembang sepatu reaksinya bersifat basa. Ketika soda api di uji dengan kembang sepatu akan terasa hangat pada larutan tersebut.
Dari percobaan diatas dapat dilihat bahwa filtrat rendaman air abu bersifat basa. Ketika diuji dengan indikator kunyit maupun kembang sepatu didapatkan warnanya coklat dan kuning kehijauan. Dimana warna coklat dan kuning kehijauan ini menyatakan sifat basa. Selain air abu, soda api dengan air sabun juga bersifat basa. Sedangkan untuk air jeruk, asam belimbing, dan cuka bersifat asam. Jeruk nipis yang di dalamnya terdapat zat kimia yang disebut asam sitrat yang bersifat asam. Untuk indikator kembang sepatu memiliki warna merah dan indikator kunyit memiliki warna kuning.
Soda api atau sering disebut NaOH merupakan sejenis basa logam kaustik. Soda api memiliki sifat senyawa alkalin dimana fungsinya semakin kuat saat dilarutkan bersama air. Sifat soda api adalah basa. Ketika ditambahkan indikator kunyit ataupun bunga sepatu sifat dari soda api itu tetap akan basa.
Uji nyala
Pada percobaan yang kedua ini, dengan menggunakan sisa larutan abu. Setelah diuapkan tersisa endapannya. Dimana endapan tersebut di letakkan di sendok. Kemudian di uji kedalam api. Api yang semula berwarna kuning, ketika di masukan abu tadi kedalamnya abu tersebut berubah warna menjadi merah. Hal itu terbukti bahwa dalam abu tersebut mengandung unsur natrium. Dimana kita tahu natrium dimasukan kedalam api akan berwarna merah apinya. Berdasarkan sifatnya natrium termasuk golongan alkali tanah yang memiliki warna nyalanya merah. Abu tadi setelah di bakar akan berubah warna nya menjadi putih. Hal ini menunjukkan bahwa endapan dari abu tersebut bersifat basa karena api mengalami perubahan warna yang berbeda dari warna awalnya.Abu yang bersifat basa ini dapat melarutkan lemak.Oleh karena itu abu bisa digunakan untuk mencuci piring.

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Dari percobaan diatas dapat disimpulkan abu tanaman, soda api, dan air sabun bersifat basa. Dari percobaan diatas dapat disimpulkan air jeruk, asam belimbing, dan cuka bersifat asam. Indikator kunyit dan bunga sepatu yang digunakan bersifat asam.
Uji nyala yang didapatkan berwarna merah. Itu menandakan dalam abu terdapat unsur Natrium.
Saran
Berhati-hati ketika melakukan praktikum. Karena ketika praktikum ada menggunakan api untuk membakar pada uji nyala. Untuk indikatornya lebih banyak lebih bagus. Dimana kita bisa membuktikan pada tumbuhan tersebut bersifat asam atau basa.

DAFTAR PUSTAKA
file:///D:/Tugas-tugas%20semester%202/DASPEN%20SEM.%202/pembuktian-asam-basa-dan-unsur-hara.html/
file:///D:/Tugas-tugas%20semester%202/DASPEN%20SEM.%202/sifat-sifat%20asam%20basa%20_%20irmalitasarimblog.htm
file:///D:/Tugas-tugas%20semester%202/DASPEN%20SEM.%202/Laporan%20abu/Sampah_organik.htm
file:///D:/Tugas-tugas%20semester%202/DASPEN%20SEM.%202/Laporan%20abu/praktikum-indikator-asam-basa.html
Rachmawati, M. 2006. Kimia 2. Jakarta: Erlangga.
Sunarya, Yayan. 2003. Kimia Dasar 2 Edisi Kedua. Bandung : Alkemi Grafisindo Press Bandung.
Syarifudin. 2011. 1001 Ulasan SNMPTN Kimia. Tangerang Selatan : Karisma Publishing Group.
Tim Edukatif HTS. 2011. Modul Kimia Untuk SMA atau MA Semester Genap. Surakarta : Hayati Tumbuh Subur.

PENGENALAN ALAT-ALAT LABORATORIUM

Published Juli 2, 2013 by noviaekasaputrii

LAPORAN
PRAKTIKUM KIMIA DASAR I

TOPIK : PENGENALAN ALAT-ALAT LABORATORIUM

OLEH
Nama : Novia Eka Saputri
NIM : ACC 112 022
Kelompok : VII (Tujuh)
Praktikum Ke : I (Satu)
Hari/Tanggal : Senin,01 Oktober 2012
Asisten Praktikum : Nurul Rahayu Kamurba, S. Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
2013
JUDUL PERCOBAAN
Pengenalan Alat-alat Laboratorium

TUJUAN PERCOBAAN
Memperkenalkan dan mengetahui alat pembakar gas dan alat gelas (alat-alat yang ada didalam laboratorium) beserta fungsinya dalam praktikum kimia

DASAR TEORI
Praktik di laboratorium merupakan bagian dari pengajaran sains. Dalam memulai praktik di laboratorium kita harus mengenal dan memahami cara pengunaan semua peralatan dasar yang biasanya digunakan dalam laboratorium kimia beserta menerpkan di laboratorium.
Praktikum di laboratorium merupakan sarana yang efektif untuk melatih dan mengembangkan aspek kongrutif dan psikomotorik mahasiswa, serta wajib bekerja sama antar mahasiswa. Melalui praktikum di laboratorium sangat membantu mahasiswa dalam memahami teori yang diperoleh dalam perkuliahan.
Laboratorium merupakan tempat yang memiliki bermacam-macam alat yang digunakan untuk penelitian, dari yang sederhana sampai kepada alat yang cukup besar. Alat-alat di laboratorium ada yang terbuat dari kaca, plastik, karet, kuarsa,platina, logam, dan lain-lain. Alat tersebut ada yang berfungsi sebagai wadah, alat bantu, dan lain-lain.
Dalam praktikum di laboratorium, kebersihan adalah salah satu hal yang penting. Dimana, data yang dihasilkan menjadi tidak akurat, jika percobaan dilakukan di tempat yang terkontaminasi. Selain itu, dalam hal kerapian juga hendaknya mencakup pemeliharaan perabot-perabot laboratorium.
Di dalam laboratorium supaya tidak terjadi kecelakaan dan kesalahan dalam praktikum, maka perlu adanya aturandan persiapan teknik keja serta pengenalan alat dan bahan yang ada di laboratorium. Serta hal yang utama adalah berhati-hati dalam melaksanakan praktikum.
Dalam praktikum kimia, ada empat bagian yaitu pengenalan alat gelas, pembakaran, penyaringan, dan titrasi.
Pengenalan Alat Gelas
Dalam pengenalan alat gelas ada beberapa alat yang ada di laboratorium yang digunakan untuk praktikum, antara lain:
Gelas wadah
Gelas wadah ini digunakan sebagia wadah pereaksi yang dibedakan oleh warnanya yaitu botol berwarna gelap untuk zat yang tidak tahan cahaya matahari, oksidasi, atau lainnya botol tak berwarna.
Tabung Reaksi
Tabung reaksi tetrbuat dari gelas dan dapat dipanaskan, terutama digunakan untuk mereaksikan zat-zat kimia dalam jumlah sedikit, jika dilakukan pengocokan ke samping tabung tidak boleh diisi lebi setengahnya. Jika dilakukan pemanasan, ahrus dilakukan dengan hati-hati, tabung dipegang miring.
Gelas Piala/ Gelas bekker
Gelas piala digunakan sebagai tempat larutan dan dipakai juga untuk memanaskan larutan zat-zat kimia. Menguapkan pelarut untuk memekatkan, alat ini bukan alat penngukur(walaupun volume kira-kira).
Erlenmeyer
Digunkan untuk tempat zat yang akan dititrasi. Boleh juga digunakan untuk memanaskan larutan. Alat ini bukan alat pengukur.
Gelas Ukur
Gelas ukur digunakan untuk mengukur volume zat kimia dalam bentuk cair. Gelas ukur mempunyai skala dan memiliki bermacam-macam ukuran. Ada ukuran 15 ml, 100 ml, 250 ml, sampai 1500 ml. Tapi, gelas ukur ini tidak boleh digunakan untuk mengukur larutan/ pelarut dalam kondisi panas.
Labu Ukur
Labu ukur terbuat dari gelas dengan bermacam-macam ukuran. Labu ukur digunakan untuk membuat larutan standar atau larutan tertentu dengan volume setepat-tepatnya.
Pipet Gondok
Pipet gondok terbuat dari gelas dengan bagian tengahnya membesar dan ujungnya meruncing. Digunakan untuk mengambil larutan dengan volume tertentu dengan tepat.
Pipet Mohr
Pipet mohr dibubuhi skala sangat mirip buret.
Buret
Buret terbuat dari gelas berskala dan mempunyai kran. Dipakai untuk titrasi. Zat yang digunakan untuk mentitrasi ditempatkan dalam buret dikeluarkan sedikit demi sedikit melalui kran. Volume zat yang dipakai dapat dilihat pada skala.
Pengaduk Gelas
Digunakan untuk mengaduk suatu campuran atau larutan zat-zat kimia ketika melakukan reaksi-reaksi kimia. Digunakan juga untuk membantu pada saat menuangkan cairan dalam proses penyaringan.
Gelas Arloji
Gelas arloji terbuat dari gelas kaca, dan berfungsi untuk mennimbang zat berbentuk kristal, untuk menutup bejana lain waktu pemanasan dan untuk menguapkan cairan.
Corong
Biasanya terbuat dari gelas kaca, digunakan untuk membantu memasukkan cairan kedalam suatu tempat yang sempit seperti botol, labu ukur, dan lain-lain.
Botol Semprot
Botol semprot berfungsi untuk membersihkan dinding-dinding bejana dan sisa-sisa endapan, mengeluarkan cairan dalam jumlah terbatas, dan tempat penyimpanan air.
Eksikator
Digunakan untuk menyimpan zat-zat supaya tetap kering atau untuk mengeringkan zat.
Pembakaran
Alat-alat yang digunakan dalam pemanasan adalah pembakar gas, kaki tiga, segitiga porselin, kasa gegep, penangas air, dan alat-alat porselin.
Pembakar Gas
Pada alat pembakar gas memiliki beberapa bagian yaitu terdiri dari:
Pipa pemasukan gas
Lubang pemasukan udara
Pipa pencampuran gas dan udara
Dengan mengatur pipanya, gas dan udara dapat diubah-ubah. Pembakaran gas ini berguna untuk pemanasan zat dengan menggunakan udara dan gas.
Kaki tiga
Kaki tiga digunakan utnuk tungku, dimana diatasnya terletak wadah tempat-tempat bahan yang dipanaskan, diantara ketiga kakinya tempat api untuk memanaskan.
Segitiga Porselin
Segitiga porselin digunakan sebagai alat penompag tempat bahan yang akan dipanaskan diatas kaki tiga.
Kasa
Kasa digunakan sebagai alat perata panas, sehingga pemanasan zat dalam wadah akan menyeluruh.
Gegep(Penjepit)
Gegep digunakan sebagia alat pembantu pengambilan alat-alat yang tidak boleh diambil dengan tangan.
Penagas Air
Digunakan untuk pemanas air dengan menggunakan uap air.
Cawan Porselin(Crucible)
Berfungsi untuk mereaksikan zat dalam suhu tinggi, mengabukan kertas saring. Serta utnuk menguraikan endapan dalam gravimetri sehingga menjadi bentuk yang stabil.
Pinggan Porselin
Dipergunakan untuk menguapkan larutan sehingga lebih pekat atau menjadi kering dan mengkristalkan zat utnuk menyublim zat.
Pembakaran biasanya di lakukan ketika praktikum tentang kalor dan masih banyak lagi.
Penyaringan
Menyaring adalah cara untuk memisahkan suaatu endapan dari suatu endapan dari suatu larutan. Dalam percobaan ini akan disaring PbSO4, yang dibuat dengan mereaksikan H2SO4 dengan Pb Asetat. Didalam penyaringan ini juga ada alat-alat yang digunakan seperti corong, gelas erlenmeyer, kertas saring, tabung reaksi, pipet tetes, rak tabung, cawan porselin, gelas ukur, botol semprot, dan keranjang. Dalam waktu penyaringan, harus berhati-hati karena alat dan bahan jangan sampai rusak. Apabila bahan yang digunakan terkena tangan bisa terjadi gatal-gatal pada bagian tubuh yang terkena.
Titrasi
Titrasi adalah salah satu cara analisis yang sering dilaksanakan dalam analisi kuantitatif. Larutan yang dietahui onsentrasinya disebutlarutan standar. Biasanya dimasukkan dalam buret sebagai penitrasi(titran). Larutan yang akan ditentukan konsentrasinya ditempatkan dalam erlenmeyer dan disebut juga sebagai zat yang dititrasi. Dalam praktikum, untuk melakukan titrasi ada beberapa alat yang perlu diketahui seperti klem, statif, buret, dan erlenmeyer. Selain itu juga dalam penggunaanya kita harus berhati-hati. Istilah titrasi menyangkut proses untuk mengukur volume titran yang diperlukan untuk mencapai titik ekivalen.

ALAT DAN BAHAN
Alat
No. Nama Alat Ukuran/Volume Jumlah
1 Gelas Kimia 50ml, 100ml, 150ml, 500 ml 4
2 Gelas Ukur 15ml, 100ml, 250ml, 1500ml 4
3 Erlenmeyer 50ml, 100ml, 250ml, 500ml 4
4 Labu Alas Bulat 50ml, 100ml, 250ml, 500ml 4
5 Botol Reagen – 1
6 Kaca arloji – 1
7 Tabung Reaksi 10ml, 20ml,25ml 3
8. Corong Pisah – 1
9 Pipet Tetes 1ml, 2ml, 10ml 3
10 Spatula – 1
11 Pipet Mohr 50ml 1
12 Pipet Berskala 5ml, 10ml, 15ml, 50ml 4
13 Bola Hisap (karet) – 1
14 Kaki Tiga – 1
15 Kasa – 1
16 Spiritus – 1
17 Pinggan Porselin – 1
18 Alat Penangas – 1
19 Stir – 1
20 Corong – 1
21 Kertas Saring – 1
22 Rak Tabung – 1
23 Cawan Porselin – 1
24 Botol Semprot – 1
25 Keranjang – 1
26 Klem – 1
27 Statif – 1
28 Buret 10ml, 50ml 2
29 Gegep – 1
30 Sikat Tabung – 1

Bahan
No. Nama Bahan Rumus Kimia Jumlah Konsentrasi
1 Timbal Asetat Pb(CH3COOH)2 5ml 0,1 M
2 Asam Sulfat H2SO4 5ml 0,1 M
3 Aquades H2O Secukupnya –
4 Kalium Permanganat KMNO4 Secukupnya 0,1 M

PROSEDUR KERJA
Penyaringan
Diambil 5ml larutan Pb Asetat (Pb(CH3COOH)2) 0,1 M dalam tabung reaksi, ditmabahkan 5ml H2SO4 (Asam Sulfat) 0,1M. Kemudian diamatai endapan yang terjadi. Dicatat warna endapan.
Diambil kertas saring dan ditimbang dengan neraca analitik. Kertas saring dilipat menjadi ¼ lingkaran.
Dimasukan kertas saring yang sudah dilipat pada corong dan dibasahi sedikit dengan aquades hingga melekat pada dinding gelasnya.
Dipasanglah corong yang berkertas saring itu diatas erlenmeyer untuk menampung filtrat/cairan cucian.
Dituangkan larutan yang dilakukan pada langkah 1 kedalam corong yang sudah berkertas saring tadi, dilakukan sampai semua endapan mengendap dikertas saring. Jika ditabung reaksi masih ada endapan, dituang air yang kita tampung tadi kedalam erlenmeyer kedalam tabung reaksi sampai tidak ada lagi endapan yang tersisa. Kemudian, dioven kertas saring dan endapannya sampai kering. Terakhir ditimbang kembali kertas saring dan endapan.

Titrasi
Diisilah buret dengan akuades pada sembarang angka, dibacalah minikus awalnya. Kemudian, dikeluarkan cairan dengan lambat sampai beberapa mililiter.
Lihat miniskusnya. Ditunggu beberapa menit, dan dilihat miniskusnya lagi. Dihitung volume air yang keluar. Diisi lagi, baca miniskus awalnya. Keluarkan dengan cepat, dibaca miniskusnya. Ditunggu beberapa menit, baca lagi miniskusnya.(Adakah perbedaan penurunan dengan cepat dan lambat)

HASIL PENGAMATAN
Pengenalan Alat Gelas
No. Nama Alat Kegunaan
1 Gelas Kimia Sebagai tempat larutan dan dipakai juga untuk memanaskan laruutan zat-zat kimia, menguapkan pelarut untuk memekatkan
2 Gelas Ukur Digunakan untuk mengukur volume zat kimia dalam bentuk cair
3 Labu Alas Bulat Untuk tempat pemisahan zat dan tempat reaksi tertentu
4 Erlenmeyer Dipakai untuk tempat dari zat-zat yang dititrasi
5 Botol Reagen Wadah untuk menyimpan zat-zat
6 Kaca Arloji Untuk menimbang zat berbentuk kristal, untuk menutup bejana lain waktu pemanasan dan untuk menguapkan cairan
7 Tabung Reaksi Sebagai tempat untuk mereaksikan zat kimia dalam jumlah sedikit dan tempat untuk meletakkan larutan sementara
8 Corong Pisah Untuk memisahkan cairan pada zat cair pada proses kromotografi
9 Pipet Tetes Untuk mengambil larutan dalam jumlah yang sedikit dan untuk memindahkan cairan/larutan dalam satuan tetes
10 Spatula Untuk mengaduk suatu campuran atau larutanzat-zat kimia ketika melakukan reaksi-reaksi kimia
11 Pipet Mohr Untuk mengukur volume larutan lebih cepat daripada
12 Pipet Berskala Untuk mengambil zat yang sangat banyak, utnuk mengukur volume larutan dengan ketelitian 1ml-10ml, untuk mengukur volume zat tertentu
13 Bola Hisap Alat yang digunakan untuk menghisap larutan dari botol tempat larutan melalui atau dengan pipet volumerik.

Pembakaran
No. Nama Alat Kegunaan
1 Kaki Tiga Sebagai tungku pada saat pemanasan
2 Kasa Untuk alas/pelapis tungku sewaktu proses pemanasan(alat perata panas)
3 Spiritus Bahan bakar untuk alat pemanas/pembakar zat atau larutan
4 Pinggan Porselin Untuk menguapkan larutan sehingga lebih pekat atau menjadi kering dan mengkristal zat dan untuk menyublimkan zat
5 Cawan Porselin Untuk mereaksikan zat dalam suhu tinggi, mengabukan kertas saring, menguraikan endapan dalam gravimetri sehingga menjadi bentuk yang stabil
6 Alat Penangas Sebagai pemanas zat
7 Stir Sebagai alat alat pengaduk. Pada saat menggunakan penangas, stir akan mengaduk secara otomatis saat tombol maxing diputar karena adanya gaya magnet yang bekerja
8 Gelas Kimia Untuk memanaskan air/melarutkan suatu zat. Gelas kimia yang dipakai merek pirex karena tahan panas

Penyaringan
No. Nama Alat Kegunaan
1 Corong Berfungsi untuk membantu ketika memasukkan cairan kedalam suatu tempat yang sempit mulutnya seperti botol, labu ukur, buret, dan sebagainya
2 Gelas Erlenmeyer Dipakai untuk tempat dari zat-zat yang dititrasi. Selain itu juga bisa sebagai tempat untuk proses filtrasi
3 Kertas saring Berfungsi untuk menyaring larutan
4 Tabung Reaksi Sebagai tempat untuk mereaksikan zat kimia dalam jumlah sedikit dan tempat untuk meletakan larutann sementara
5 Pipet Tetes Digunakan untuk mengambil larutan dalam jumlah atau volume sedikit
6 Rak Tabung Sebagai tempat penyimpanan tabung reaksi
7 Cawan Porselin Digunakan untuk mereaksikan zat dalam suhu tinggi
8 Gelas Ukur Digunakan untuk mengukur volume zat kimia dalam bentuk cair
9 Botol Semprot Membersihkan dinding-dinding bejana dan sisa-sisa endapan, mengeluarkan cairan dalam jumlah terbatas, dan tempat penyimpanan air
10 Keranjang Tempat untuk menyimpan alat-alat praktikum

Cara Kerja :
Ambil 5ml larutan Pb Asetat (Pb(CH3COOH)2) dimasukkan kedalam gelas ukur kemudian tambhakan 5ml H2SO4 0,1 M, kedalam gelas ukur yang lain. Setelah itu masing-masing larutan dimasukkan kedalam tabung reaksi.
Diambil kertas saring dan ditimbang dengan neraca analitis, kemudian dilipat mennjadi ¼ bagian lingkaran.
Kertas saring yang sudah dilipat dimasukkan kedalam corong dan dibasahi dengan sedikit akuades hingga melekat pada dinding gelasnya.
Corong yang bekertas saring itu kemudian dipasang diatas erlenmeyer untuk menampung filtrat atau cairan cucian.
Larutan yang dilakukan pada langkah 1 kedalam corong yang sudah berkertas saring tadi, lakukan sampai semua endapan mengendap dikertas saring. Jika di tabung reaksi masih ada endapan, tuangkan air yang sudah tersaring kedalam tabung reaksi secara berulang-ulang sampai endapannya benar-benar bersih.

Hasil Pengamatan :
Kertas saring kering(massa) = 0,4 gram
Massa kertas saring + endapan yang sudah dikeringkan = 0,8 gram
Massa endapan yang sudah dikeringkan – massa kertas saring kering = 0,8 gram – 0,4 gram = 0,4 gram(endapan murni)
Menentukan massa endapan menurut perhitungan :
Diketahui : M H2SO4(aq) = 0,1 M
V H2SO4(aq) = 5ml = 5 x 10-3 L
M Pb(CH3COOH)2(aq) = 0,1 M
V Pb(CH3COOH)2(aq) = 5ml = 5 x 10-3 L
Ditanya : Massa PbSO4(s)= …?
Penyelesaian :
Pb(CH3COOH)2(aq).3H2O(aq) + H2SO4(aq) ↔ PbSO4(s) + CH3COOH(aq) + 3H2O(aq)
n H2SO4(aq) = M H2SO4(aq) . V H2SO4(aq)
= 0,1 M . 5 x 10-3 L
= 5 x 10-4 mol
n Pb(CH3COOH)2(aq) = M Pb(CH3COOH)2(aq) . V Pb(CH3COOH)2(aq)
= 0,1 M . 5 x 10-3 L
= 5 x 10-4 mol
Massa molar PbSO4(s) = Ar Pb + Ar S + 4. Ar O
= 207 + 32 + 4. 16
= 303gram/mol
Mol PbSO4(s) = (koef.PbSO4(s))/(koef.Pb(CH3COOH)2(aq) ) x mol Pb(CH3COOH)2(aq)
Massa PbSO4(s) = mol . massa molar
= 5 x 10-4 mol . 303 gram/mol
= 0,15 gram
Massa endapan yang dihasilkan menurut praktikum yang telah kami hitung adalah 0,4 gram. Sedangkan menurut perhitungan adalah 0,15 gram. Perbedaan hasil perhitungan ini bisa dikarenakan pemanasan dalam oven saat praktikum yang kurang sempurna atau kurang kering. Warna endapan yang dihasilkan pada saat pencampuran Pb Asetat dengan H2SO4(aq) adalah putih kapur.

Titrasi
No. Nama Alat Kegunaan
1 Klem Alat untuk menjepit tabung reaksipada waktu mereaksikan dan untuk menjepit selang
2 Statif Alat untuk meletakkan buret dalam proses filtrasi
3 Buret Dipakai untuk melakukan titrasi
4 Erlenmeyer Dipakai untuk tempat dari zat-zat yang dititrasi dan tempat untuk proses filtrasi

PEMBAHASAN
Perhitungan
Hitunglah massa PbSO4, jika diketahui konsentrasi H2SO4(aq) dan Pb(CH3COO)2(aq) adalah 0,1 M. Serta masing-masing memiliki volume 5 ml!
Jawab :
Pb(CH3COO)2(aq).3H2O(aq) + H2SO4(aq) ↔ PbSO4(aq) + 2CH3COOH(aq) + 3H2O(aq)
Diketahui : M H2SO4(aq) = 0,1 M
H2SO4(aq) = 5ml = 5 x 10-3 L
M Pb(CH3COOH)2(aq) = 0,1 M\
V Pb(CH3COOH)2(aq) = 5ml = 5 x 10-3 L
Ditanya : Massa PbSO4(s)= …?
Penyelesaian :
Pb(CH3COOH)2(aq).3H2O(aq) + H2SO4(aq) ↔ PbSO4(s) + CH3COOH(aq) + 3H2O(aq)
n H2SO4(aq) = M H2SO4(aq) . V H2SO4(aq)
= 0,1 M . 5 x 10-3 L
= 5 x 10-4 mol
n Pb(CH3COOH)2(aq) = M Pb(CH3COOH)2(aq) . V Pb(CH3COOH)2(aq)
= 0,1 M . 5 x 10-3 L
= 5 x 10-4 mol
Massa molar PbSO4(s) = Ar Pb + Ar S + 4. Ar O
= 207 + 32 + 4. 16
= 303gram/mol
Mol PbSO4(s) = (koef.PbSO4(s))/(koef.Pb(CH3COOH)2(aq) ) x mol Pb(CH3COOH)2(aq)
Massa PbSO4(s) = mol . massa molar
= 5 x 10-4 mol . 303 gram/mol
= 0,15 gram
Jadi, massa endapan PbSO4(aq)¬ secara perhitungan adalah 0,15 gram

Pembahasan
No. Gambar Nama Alat Fungsi/ kegunaan
1

Gelas Kimia Untuk mengukur volume larutan yang tidak memerlukan tingkat ketelitian yang tinggi. Menampung zat kimia, memanaskan cairan, menguapkan pelarut untuk memekatkan.
2

Gelas Ukur

Digunakan untuk mengukur volume zat kimia dalam bentuk cair

3

Erlenmeyer Dipakai untuk tempat dari zat-zat yang dititrasi. Selain itu juga sebagai tempat untuk proses filtrasi. Serta untuk memanaskan larutan.
4

Kaca Arloji
Untuk menimbang zat berbentuk kristal, untuk menutup bejana lain waktu pemanasan dan untuk menguapkan cairan

5

Tabung Reaksi Sebagai tempat untuk mereaksikan zat kimia dalam jumlah sedikit dan untuk tempat larutan sementara
6

Pipet Tetes Untuk mengambil larutan dalam jumlah yang sedikit dan untuk memindahkan cairan/larutan dalamsatuan tetes
7

Spatula

Untuk mengaduk suatu campuran atau larutan zat-zat kimia ketika melakukan reaksi-reaksi kimia
8

Labu Ukur atau Labu Alas Bulat Untuk tempat pemisahan zat dan tempat reaksi tertentu. Menakar volume zat kimia dalam bentuk cair pada proses reparasi larutan.
9

Corong Untuk memisahkan cairan pada zat cair pada proses kromotografi. Berfungsi untuk membantu ketika memasukkan cairan kedalam suatu tempat yang sempit mulutnya seperti botol, labu ukur, buret, dan lainnya.
10

Botol Reagen Wadah untuk menyimpan zat-zat bahan kimia.
11

Pipet Gondok

Digunakan untuk mengambil larutan dengan volume tertentu dengan tepat.
12 Pipet Mohr Untuk mengukur volume larutan lebih cepat daripada
13

Bola Hisap Alat yang digunakan untuk menghisap larutan dari botol tempat larutan melalui atau dengan pipet volumerik.
14

Kaki Tiga Sebagai tungku pada saat pemanasan. Dimana diatasnya terletak bahan yang dipanaskan diantara ketiga kakinya tempat api untuk pemanasan.
15 Kasa Untuk alas / pelapis tungku sewaktu proses pemanasan (alat perata panas)
16 Spiritus Untuk memanaskan cairan yang ada didalam gelas, sebagai bahan bakar/sumber panas untuk pemanasan zat atau larutan.
17 Pinggan Porselin (Evaporating Dish) Untuk menguapkan larutan sehingga lebih pekat atau menjadi kering dan mengkristalkan zat dan untuk menyublimkan zat
18 Cawan Porselin (Cucible) Untuk mereaksikan zat dalam suhu tinggi, mengabukan kertas saring, menguraikan endapan dalam gravismetri sehingga menjadi bentuk yang stabil.
19 Penanggas Air atau Alat Penangas Dipergunakan sebagai pemanas zat dengan menggunakan uap air.
20 Stir Sebagai alat pengaduk pada saat menggunakan penangas, stir akan mengaduk secara otomatis saat tombol maxing diputar karena adanya gaya magnet yang bekerja.
21 Kertas Saring Untuk menyaring suatu larutan/ zat yang akan dimasukan kesuatu wadah.
22 Rak Tabung Sebagai tempat penyimpanan tabung reaksi
23 Botol Semprot Berfungsi untuk membersihkan dinding-dinding bejana dan sisa-sisa endapan, mengeluarkan air/cairan dalam jumlah terbatas, tempat penyimpanan air.
24 Keranjang Berfungsi untuk menyimpan alat-alat praktikum.
25 Statif dan Klem Untuk menjepit buret saat melakukan tirtasi dan klem sebagai penyangga statif.
26 Segitiga Porselin Digunakan sebagai alat penampang wadah bahan-bahan seperti cawan porselin yang akan dipanaskan diatas kaki tiga.
27 Gegep (Penjepit) Digunakan sebagai pembantu pengambilan alat-alat yang tidak boleh diambil dengan tangan.
28 Buret Untuk mengeluarkan larutan dengan volume tertentu, saat melakukan titrasi.
29 Neraca Digital Untuk menimbang larutan atau zat, alat-alat gelas seperti gelas kimia, kertas saring, dan lain-lain.
30 Gegep Besi Untuk membantu mengambil alat gelas yang tidak boleh diambil secara langsug dengan tangan.
31 Sikat Tabung Untuk membersihkan bagian dalam alat-alat gelas yang tidak bisa dibersihkan dengan tangan
32 Eksikator Digunakan untuk menyimpan zat-zat supaya tetap kering atau untuk mengeringkan zat
Dari pengenalan alat-alat laboratorium dapat diketahui fingsi kegunaannya dari setiap alat-alat yang ada di laboratorium. Alat-alat yang ada antara lain gelas kimia, gelas ukur, erlenmenyer, kaca arloji, tabung reaksi, pipet tetes, pipet gondok, pipet mohr, bola hisap, kaki tiga, kasa, spiritus, labu ukur, corong, spatula, botol reagen, pipet mohr, penangas air, stir, kertas saring, rak tabung, botol smeprot, keranjang, statif, klem, segitiga porselin, gegep, buret, neraca digital, dan eksikator.
Dari alat-alat diatas ada yang termasuk kedalam pengenalan alat gelas, pembakaran, dan penyaringan, serta titrasi. Dalam pengenalan alat gelas ada beberapa alatnya, yaitu seperti gelas wadah yang mana warnanya gelap dan untuk zat yang tidak tahan cahaya, oksidasi, dan lain-lain. Kemudian ada alat-alat untuk mereaksikan zat seperti tabung reaksi, gelas piala, dan erlenmeyer. Dimana fungsinya untuk mereaksikan zat atau pelarut sesuai dengan praktikum yang akan kita laksanakan. Selanjutnya alat-alat pengukur volume, dimana terdiri dari gelas ukur, labu ukur, pipet ukur, dan buret. Semua itu digunakan untuk mengukur volume zat tertentu. Pada pipet ukur dibagi menjadi pipet gondok dan pipet mohr. Dalam menggunakan pipet ini menggunakan bola hisap untuk bisa mengambil zat atau larutan tersebut.
Buret terbuat dari gelas berskala dan mempunyai kran. Berfungsi untuk melakukan tirtasi. Zatb yang digunakan untuk menitrasi di tempatkan dalam buret, kemudian dikeluarkan sedikit demi sedikit melalui kran. Volume yang dipakai bisa dilihat pada skala buret.
Kemudian alat lain, yaitu seperti pengaduk atau spatula, gelas arloji, corong, botol semprot, dan eksikator. Corong biasanya terbuat dari gelas dan digunakan untuk memasukan cairan kedalam suatu tempat yang sempit seperti botol. Cara menggunakan corong adalah dengan memasukan corong kedalam wadah tadi yang mulutnya sempit sehingga larutan susah masuk. Kemudian, corong diangkat sedikit atau diganjal sedikit. Sehingga ada jarak antara dinding corong dengan dinding wadah. Dengan demikian udara dapat keluar dan cairan yang tadi ingin kita saring dapat mengalir dengan cepat. Eksikator digunakan untuk menyimpan zat-zat supaya tetap kering atau untuk mengeringkan zat. Dalam menggunakan eksikator, janganlah memasukkanbenda yang terlalu panas karena dapat menyebabkanudara didalamnya berkembang dan dapat mengangkat tutup eksikator, juga suhu benda tersebut akan lamban sekali turunnya, sehingga tidak bisa cepat ditimbang.
Pembakaran termasuk kedalam alat-alat pemanasan. Dimana alat-alat yang digunakan dalam pemanasan antara lain pembakar gas, kaki tiga, segitiga porselin, kasa, gegep, penagas air, alat-alat porselin seperti cawan dan pingan.
Pembakar gas atau gas burner bisa kita atur supaya mendapatkan panas yang sesuai dengan kebutuhan praktikum kita. Dimana, jika kita menginginkanapi berwarna kuning, kita bisa mengatur gas menjadi banyak dan sedikit udara. Namun, api berwarna kuning ini tidak bisa dipergunakan karena kurangpanas dan mengotori alat-alat yang dipanaskan.
Penangas air atau hot plate dimana ada tombol heating, yaitu untuk mengatur suhu dan mixing untuk mengaduk larutan. Penangas air ini bisa kita gunakan dengan menghubungkannya kelistrik. Dalam menggunakan penangas air ini untuk mengaduk suatu larutan kita tidak perlu lagi mengaduk dengan spatula tapi kita bisa menggunakan stir, yaitu alat yang bisa mengaduk secara otomatis ketika penangas dihidupkan dan kita atur mixingnya. Stir ini adalah alat yang didalamnya berisikan magnet.
Penyaringan adalah proses pemisahan suatu campuran larutan yang akan menghasilkan endapan. Dimana endapan adalah sisa larutan yang ada di kertas saring dan filtratnya adalah larutan yang jatuh lewat kertas saring. Dalam penyaringan hasil endapan tersebut bisa kita hitung atau kita timbang setelah melalui beberapa tahap. Dimana, setelah kita melakukan penyaringan, kertas saring yang ada endapan kita keringkan dalam oven. Setelah itu, baru kita timbang di neraca digital. Serta cara untuk menghitung berapa massa endapan tersebut bisa kita cari dengan cara kertas saring kita timbang terlebih dahulu. Kemudian kertas saring bersama endapan yang sudah kering kita timbang. Kemudian kertas saring yang bersama endapan tersebut kita kurangkan dengan massa kertas saring. Dalam percobaan kali ini, menggunakan Pb Astat 5 ml dengan konsentrasi 0,1 M dengan rumus kimia Pb(CH3COO)2(aq) dicampurkan dengan H2SO4(aq) atau namanya asam sulfat dengan volume dan konsentrasi yang sama. Dimana, pencampuran antara Pb(CH3COO)2(aq) + H2SO4(aq) menghasilkan PbSO4(aq). Dimana persamaan reaksinya :
Pb(CH3COO)2(aq). 3H2O + H2SO4(aq) ↔ PbSO4(aq) + 2CH3COOH(aq) + 3H2O(aq)
Warna endapan yang dihasilkan antara Pb(CH3COO)2(aq) dengan H2SO4(aq) adalah warna putih kapur. Dalam penyaringan biasanya hasil yang kita dapatkan akan berbeda dnegan hasil yang kita hitung dengan perhitungan. Itu bisa disebabkan dalam hal pemanasan endapan dalam oven saat praktikum kurang sempurna atau kurang kering. Dalam penyaringan, kertas saring yang digunakan adalah lingkaran, kemudian dilipat menjadi ¼ bagian. Kemudian, dipasangkan ke corong dan diberi aquades sedikit supaya kertas saringnya melekat.
Titrasi adalah salah satu cara untuk melaksanakan dalam analisis kuantitatif. Titrasi dilakukan dengan membuka kran buret pelan-pelan. Titran akan masuk kedalam erlenmeyer yang digoyangkan pelan-pelan. Titik akhir titrasi terjadi pada saat perubahan warna. Perubahan warna dapat dilihat dengan indikator. Dalam melakukan titrasi, ada alat yang digunakan, yaitu buret. Dimana buret digunakan untuk menghantarkan volume yang diketahui. Dalam percobaan buret kita bisa melihat bagian miniskusnya, yaitu cekungan dalam buret.
Dalam menggunakan alat-alat gelas kimia yang ada didalam laboratorium ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu mengerikan alat-alat harus diletakan terbalik. Menimbang suatu zat atau larutan harus diruangan tertutup. Dalam menimbang tidak boleh dalam keadaan panas. Serta harus selalu menjaga kebersihan timbangan. Untuk membersihkan alat-alat gelas volumetrik harus dibersihkan dengan deterjen dan disimpan dengan posisi terbalik.
Dalam praktikum kita harus berhati-hati menggunakan alat dan bahan yang ada, karena dapat berakibat fatal. Misalnya saja bahan-bahan kimia seperti pelarut yang bisa menyebabkan kulit terbakar dan gatal. Sehingga perlu berhati-hati dalam melakukan praktikum didalam laboratorium.

Jawaban Pertanyaan
Sebutkan macam-macam alat pengukur volume yang saudara ketahui. Jelaskan juga nama alat yang digunakan untuk mengatur secara teliti dan secara kasar!
Jawab :
Macam-macam alat pengukur volume:
Gelas ukur
Labu ukur
Pipet gondok
Pipet mohr
Gelas kimia
Buret
Alat ukur yang digunakan untuk mengukur secara teliti adalah pipet gondok, pipet mohr, dan buret.sedangkan alat ukur yang digunakan untuk mengukur secara kasar adalah gelas ukur, gelas kimia, dan labu ukur.

Sebutkan fungsi alat-alat dibawah ini:
Eksikator
Lemari asam
Oven
Jawab :
Eksikator
Digunakan sebagai tempat menyimpan sampel yang harus bebas air/ menyimpan alat-alat supaya tetap kering. Mengeringkan zat padatan, tetapi eksikator tidak diisi dengan bahan pengering.
Lemari Asam
Digunakan sebagai tempat melakukan reaksi kimia yang menghasilkan gas/uap/kabut dan sebagainya tempat untuk menguapkan larutan yang mengandung asam dan berbahaya bagi pernapasan juga sebagai tempat penyimpanan larutan asam pekat.
Oven
Digunakan untuk memanaskan dan mengeringkan bahan dan alat laboratorium. Juga untuk mensterilkan alat-alat gelas yang tahan terhadap panas.

Bahan-bahan apa saja yang tidak boleh dipipet dengan mulut? Jelaskan!
Jawab :
Bahan-bahan yang tidakboleh dipipet dnegan mulut :
H2SO4 karena mempunyai tingkat keasaman yang kuat dan snagat berbahaya karenadapat merusak paru-paru
HCl karena mempunyai tingkat keasaman kuat dan uapnya bisa merusak paru-paru
HNO3 sangat beracun dan uapnya bisa menyebabkan kematian
NH4OH senyawa yang berbahaya dapat menyebabkan sesak napas dan pembengkakan saluran pernapasan.
Air raksa (uap Hg) mengandung merkuri yang sangat berbahaya
HCN garamnya zat yang beracun
Pelarut seperti CS2, C6H6, CHCl3, CCL4 merupakan zat yang dapat menghasilkan uap yang beracun

Apakah perbedaan botol berwarna dan tidaak berwarna dalam hal penggunaannya?
Jawab :
Perbedaan botol berwarna dan tidaak berwarna dalam hal penggunaannya:
Botol berwarna gelap unutk zat yang tidak tahan cahaya, oksidasi, dan lainnya
Botol tidak berwarna digunakan untuk menyimpan zat kimia biasa dan tahan cahaya.

Endapan Yang terbentuk antara PbAsetat dengan H2SO4 ? tuliskan reaksinya!
Jawab :
Endapan yang terbentuk adalah PbSO4 berwarna putih kapur.
Persamaan reaksinya :
Pb(CH3COO)2(aq). 3H2O + H2SO4(aq) ↔ PbSO4(aq) + 2CH3COOH(aq) + 3H2O(aq)

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Dengan pengenalan alat-alat laboratorium yang ada di laboratorium, kita mengetahui bermacam-macam jenis alat baik yang alat-alat gelas, untuk pemanasan, untuk titrasi, dan pembakaran. Dengan ini kita mengetahui apa saja fungsi dan digunakan dalam praktikum apa saja alat-alat itu.
Dari percobaan penyaringan antara PbAsetat dengan H2SO4(aq) menghasilkan PbSO4(aq) yang berwarna putih kapur. Serta massa yang dihasilkan melalui praktikum ada perbedaan dengan cara perhitungan. Itu dikarenakan pada saat praktikum dalam oven kurang sempurna dalam hal pemanasan.

Saran
Menjaga kebersihan alat-alat laboratorium dan laboratoriumnya
Berhati-hati ketika menggunakan alat dan bahan yang ada dalam laboratorium

DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Hiskia.1985. Kimia Dasar (Modul 1-5). Jakarta: UT.
Day, R. A. Jr and A. L. Underwood. 1998. Kimia Analisa Kuantitatif, Edisi Revisi, Terjemahan R. Soendoro dkk. Jakarta : Erlangga.
GoldBery, David. E. 2002. Kimia Untuk Pemula. Jakarta : Erlangga
Khoper, S. M. 2003. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta : Universitas Indonesia.
Ranawidjaya, Jahja. 1980. Ilmu Kimia. Jakarta : PT Sumber Bahagia.
Sastrohamidjojo, Hardjono. 2005. Kimia Dasar. Yogyakarta : GMUP.

LAMPIRAN
Laporan Sementara